Total: 1138 results found.
Page 55 of 57
Sistem Terpadu untuk Monitoring Kondisi Lereng Rawan Longsor
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Control Overload and Unbalance Transformator (COUnT) untuk Pengantisipasian Kerusakan Trafo Distribusi Berbasis Visual dan Telemetering
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Teknologi implan medis terus-menerus berevolusi. Dari waktu ke waktu, alat pacu jantung semakin kecil dan semakin kecil ukurannya. Sayangnya, sampai sekarang perangkat semacam ini masih tergantung pada baterai tradisional sebagai sumber tenaganya. Baterai tradisional ini mengandung bahan kimia beracun yang sebenarnya belum seratus persen aman untuk dipasang di dalam tubuh manusia. Selain itu, baterai ini juga harus diganti secara berkala, sehingga pemakainya harus menjalani prosedur pembedahan yang menyakitkan dan berisiko secara berkala pula.
Sebuah terobosan dalam sistem penyimpanan energi yang diberi nama "superkapasitor biologis" barangkali bisa menjawab persoalan ini. Sistem ini akan membuat perangkat implan medis tidak lagi membutuhkan baterai yang setiap saat harus diganti.
Selama bertahun-tahun berbagai inovasi untuk mendapatkan sumber tenaga yang aman bagi implan medis telah banyak bermunculan. Sebuah tim peneliti Jerman mengembangkan sejenis sel bahan bakar biologis dengan sumber tenaga yang diambil dari gula darah pasien. Satu tim di Korea meneliti tentang pemanfaatan tenaga listrik yang berasal dari otot-otot tubuh si pasien sendiri. Seorang insinyur listrik dari Stanford mengembangkan sebuah teknik yang membuat perangkat implan medis yang bisa diisi ulang secara nirkabel melalui gelombang radio.
Baru-baru ini tim peneliti dari University of California, Los Angeles (UCLA) dan University of Connecticut telah merancang sistem biofriendly supercapacitor yang menggunakan elektrolit dari cairan biologis yang diambil dari tubuh manusia, seperti serum darah dan urine. Sistem ini bekerja bersamaan dengan penghimpun energi yang bisa mengubah panas dan gerak tubuh menjadi listrik, yang kemudian disimpan di supercapacitor.
"Tidak seperti baterai yang menggunakan reaksi kimia yang melibatkan bahan kimia beracun dan elektrolit untuk menyimpan energi, teknologi baru biosupercapacitor ini menyimpan energi dengan memanfaatkan ion atau molekul bermuatan yang terkandung dalam serum darah," jelas Mosa Islam, mahasiswa pascasarjana dan penulis utama dalam penelitian ini.
Biosupercapacitor baru ini terdiri dari elektroda yang terbuat dari graphene, dan diapisi dengan protein dari tubuh manusia yang telah dimodifikasi. Sedangkan cairan biologis bertindak sebagai elektrolit. Tidak seperti oksida graphene murni yang tidak dimodifikasi (yang ternyata menyebabkan kerusakan sel pada dosis rendah), bahan nanokomposit graphene oxide yang telah dimodifikasi dengan unsur protein hasil pengembangan tim ini tidak beracun. Ketika dilakukan pengujian, sama sekali tidak terdeteksi adanya substansi yang berbahaya, baik pada fibroblas embrio tikus maupun pada kultur sel dengan konsentrasi tinggi.
Tim peneliti mengatakan bahwa perangkat baru dengan ketebalan hanya satu mikrometer ini cukup fleksibel, sehingga mampu menahan tekanan mekanis ketika dipelintir dan diputar di dalam tubuh. Energi yang tersimpan di dalamnya sebanding dengan baterai film lithium tipis yang saat ini digunakan pada alat pacu jantung. Meskipun supercapacitor belum lazim digunakan untuk perangkat implan medis, para peneliti mengklaim bahwa teknologi tersebut memiliki potensi untuk digunakan pada peralatan semacam itu.
"Menggabungkan penghimpun energi dengan supercapacitor dapat memberikan kekuatan luar biasa untuk perangkat implan, sehingga tidak perlu diganti seumur hidup," kata Maher El-Kady, seorang peneliti postdoctoral UCLA. "Penelitian kami berfokus pada upaya untuk merancang supercapacitor kami agar dapat menghimpun energi secara efektif, dan menemukan cara untuk membuatnya cocok dengan kondisi tubuh manusia."
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Advanced Energy Materials.
---
(sumber: New Atlas)
Kantong Rumput Laut Berkarbon meningkatkan kualitas rumput laut dan merupakan solusi bagi para petani untuk meningkatkan nilai jual rumput laut.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Kampas Rem Serat Pulp untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Setelah beberapa tahun dipasarkan, saat ini beberapa aplikasi yang dibuat untuk memonitor aktivitas tidur sudah mampu mengukur dengan baik seberapa banyak kita tidur. Sayangnya, aplikasi tersebut belum mampu memberikan penafsiran atas hasil pengukurannya, atau menunjukkan bagaimana caranya meningkatkan kualitas tidur kita.
Somno Health mengembangkan sebuah aplikasi yang diberi nama EverSleep, dan menjanjikan bahwa aplikasi yang dikembangkannya itu tidak hanya bisa memantau pola tidur Anda tapi juga akan mendeteksi kondisi-kondisi yang sering dialami manusia ketika tidur, seperti: mendengkur, apnea (tiba-tiba berhenti bernapas), dan insomnia. Perusahaan yang berkantor pusat di Golden, Colorado ini meluncurkan kampanye crowdfunding Indiegogo untuk membuat aplikasi pelacak tidur komprehensif tersebut. Somno Health berharap bisa mendapatkan dana sekitar $ 40.000 melalui Indiegogo.
Perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa EverSleep Personal Sleep Tracker akan menggunakan teknologi pemantauan oksigen yang sama dengan yang digunakan oleh para profesional di bidang kesehatan. EverSleep juga menyediakan layanan bimbingan personal untuk membantu mengatasi masalah tidur.
Pengguna EverSleep nantinya akan dapat mengunduh aplikasi analisis sederhana yang merinci pengukuran tidur di setiap malam dan menjelaskan penyebab kelainan tidur seperti dengkur, insomnia, gangguan pernapasan (yang dapat disebabkan oleh sleep apnea), denyut nadi, gerakan mikro, dan tingkat oksigen dalam darah secara kontinyu. Umumnya tes ini membutuhkan biaya ratusan dolar, dan biasanya hanya digunakan untuk jangka waktu terbatas.
EverSleep menggunakan teknik non-intrusif untuk mengukur oksigen darah, parah-ringannya dengkuran, denyut nadi, fragmentasi tidur, gerakan mikro otonom, dan jangka waktu seseorang berada di tempat tidur. Dengan menggunakan empat sensor yang berbeda untuk melacak lebih dari 20 aspek tidur, aplikasi ini menganalisis perbedaan antara masing-masing masalah tidur dan memberi Anda tip khusus untuk memperbaikinya.
Sebagai contoh, aplikasi ini akan membedakan beberapa jenis insomnia, masing-masing dengan berbagai rekomendasi tentang bagaimana mengobatinya. Aplikasi ini mungkin akan menanyakan apakah Anda memiliki alergi yang mungkin menjadi penyebab terjadinya gangguan pernapasan dan menyebabkan insomnia.
Sebaliknya, laboratorium tidur sering membutuhkan rujukan khusus, kabel-kabel yang berseliweran, dan memberikan hasil yang harus ditafsirkan oleh para spesialis masalah tidur. Hasilnya tidak bisa langsung didapatkan, dan harga testnya pun mahal, yakni sekitar $ 1.200.
Bagaimana cara kerja EverSleep?
Aplikasi EverSleep di sistem iOS dan Android diperkirakan akan siap dalam waktu sekitar satu bulan, dan akan dipasarkan bersamaan dengan perangkat kerasnya, yang terdiri dari kawat dengan sensor yang menempel ke ujung jari Anda serta sebuah gelang serupa arloji yang melingkari pergelangan tangan Anda.
Tim Somno Health terdiri dari insinyur dan dokter berpengalaman yang telah memiliki jam terbang tinggi dalam memetakan aktivitas tidur. Anggota tim David Tobler dan Chris Cowley adalah insinyur perangkat medis yang mendalami teknologi pemantauan oksigen; sedangkan pendirinya, Craig Pickerill adalah seorang dokter ahli masalah tidur dan juga seorang pengusaha yang membangun jaringan laboratorium tidur.
---
(dirangkum dari berbagai sumber: VentureBeat, EverSleep & Indiegogo)
Bioreklamasi : Teknologi Pemacu Pertumbuhan Tanaman Hutan pada Lahan Pasca Tambang.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Biodigester Portable Penghasil Biogas sebagai Sumber Energi Keluarga
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Anda mungkin tidak mengira bahwa salah satu di antara daftar profesi yang sebentar lagi bakal diambil alih oleh robot adalah: "seniman mural". Nyatanya, tahun ini armada drone penyemprot cat bisa jadi akan segera beraksi, berkat sebuah sistem yang mampu memobilisasi armada Quadcopters untuk mewarnai wajah kota. "Paint by Drone" adalah sebuah proyek dari Carlo Ratti Associati, sebuah perusahaan desain dan inovasi Italia yang berkantor di London dan Boston.
Meskipun ini bukan grafiti pertama yang dibuat dengan bantuan drone (seniman New York KATSU telah menggunakan quadcopters untuk merusak iklan Kendall Jenner dan menyebarkan tulisan anti-Trump), namun tingkat kecanggihannya tampaknya mampu mengungguli karya seni lainnya yang juga dibuat dengan bantuan drone. Inti dari peralatan canggih ini adalah "sistem manajemen pusat" yang mengatur empat drone sekaligus, dengan masing-masing drone melukis satu warna dalam skema CMYK. Untuk mural yang berukuran besar, jumlah drone dapat digandakan menjadi delapan, duabelas, atau lebih.
"Sistem manajemen pusat adalah perangkat lunak yang mengendalikan operasi drone secara real-time, mulai dari lukisan gambar sampai penerbangan, dengan menggunakan sistem pemantauan canggih yang secara tepat melacak posisi drone," demikian dijelaskan oleh Carlo Ratti, pendiri Carlo Ratti Associati. "Sistem ini merupakan unsur yang paling utama dalam pengembangan teknologinya, karena mampu membuat lukisan dengan presisi tinggi yang sebelumnya tidak mungkin terjadi."
Ratti tertarik pada eksperimen drone saat melakukan penelitian di MIT beberapa tahun yang lalu. "Drone menjadi benda yang semakin biasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Menurut Federal Aviation Administration, pada tahun 2020 kemungkinan akan ada 1,3 juta drone quadcopter yang terbang hanya di langit Amerika Serikat saja," katanya. "Dengan skenario yang berkembang seperti ini, gagasan untuk menggunakan drone dalam konteks yang berbeda telah kami pikirkan ketika kami mengerjakan beberapa proyek, baik di Laboratorium Senseable City MIT dan di kantor Carlo Ratti Associati."
Pada tahun 2013, Ratti dan laboratorium Senseable merilis "Skycall," sebuah proyek yang menggunakan quadcopter untuk mencari dan memandu pengunjung di sekitar kampus MIT ("termasuk mahasiswa Harvard yang tersesat," guraunya). "Paint By Drone" adalah langkah selanjutnya dari penelitian Ratti. Proyek ini akan memulai debutnya pada musim gugur tahun ini di dua lokasi di Eropa yang diusulkan: fasad kosong di perkotaan Turin, Italia, dan sebuah lokasi konstruksi di Berlin. Karya-karya seni yang akan dilukis dengan drone hingga saat ini masih belum dipastikan. Ratti masih memikirkan beberapa kemungkinan, apakah dia akan mengajak masyarakat umum untuk mengirimkan desainnya secara pribadi melalui sebuah aplikasi, atau mungkin mengajak seniman profesional membuat desain untuk kemudian digambar oleh drone.
Meskipun untuk pertama kalinya nanti drone Ratti harus berjuang melewati deretan perancah dan kompleks bangunan, dalam waktu dekat Ratti membayangkan bahwa drone-nya bisa bergerak jauh lebih cepat. "Selama beberapa bulan ke depan kami berencana untuk mengembangkan sistem plug and play yang memungkinkan drone bergerak dengan sangat cepat di permukaan vertikal manapun," katanya. "Bayangkan jika teknologi ini mampu menghadirkan karya seni publik dengan lebih mudah dan aman, baik pada bangunan-bangunan maupun infrastruktur di perkotaan. Tidakkah jalan raya, galeri, dan jembatan akan berubah menjadi elemen-elemen kota yang penuh warna?"
---
(sumber: CITYLAB)
Ahli kimia dan profesor dari Oregon State University, Mas Subramanian, sedang berkonsentrasi untuk mencari bahan eksotis yang bisa digunakan dalam elektronika. Tapi ajaibnya, ia justru dikenal karena menciptakan sesuatu yang sangat berbeda secara tidak sengaja, yakni warna yang disebut Biru YInMn atau YInMn Blue - pigmen warna biru yang pertama kali ditemukan sejak dua abad lalu. Saat ini, pigmen Subramanian menjadi inspirasi bagi krayon terbaru Crayola, produsen alat-alat tulis dan lukis yang sangat dikenal produk krayonnya.
Pada tahun 2009, seorang siswa di laboratorium Subramanian sedang mengambil kombinasi oksida dari itrium, indium, dan mangan dari tungku. Saat itulah terjadi hal yang mengagetkan Subramanian, substansi yang terbentuk ternyata berwarna biru cerah dan cemerlang. Subramanian pun langsung tahu bahwa dia telah menemukan sesuatu.
Ternyata substansi itu adalah pigmen. Pigmen warna biru pertama yang tercipta sejak tahun 1802, ketika ahli kimia Prancis Louis Jacques Thenard menemukan warna biru kobalt (walaupun sebenarnya warna tersebut sudah digunakan dalam tembikar Cina selama berabad-abad). Pigmen Subramanian, karena dibuat pada suhu tinggi, merupakan senyawa yang sangat stabil, yang berarti tidak bereaksi saat dipanaskan, didinginkan, atau dicampur dengan air ataupun asam. Pigmen ini mudah direproduksi, sehingga memiliki nilai produksi yang tinggi. Pigmen ini juga memantulkan panas, sehingga mampu mendinginkan temperatur benda atau ruangan dan menjaganya supaya tetap dingin. Subramanian, yang pernah bekerja di DuPont selama 22 tahun sebelum menjadi seorang profesor, dan memiliki 60 hak paten atas namanya, menyadari bahwa ini adalah penemuan yang luar biasa, dan segera mengajukan hak paten.
“Ini merupakan sebuah kebetulan yang menyenangkan, karena kami sebenarnya tidak mencarinya," katanya. "Sebagian besar penemuan sains memang berasal dari hal-hal yang tak terduga." Dari penemuan ini, Subramanian mampu membuat lebih banyak pigmen, termasuk pigmen oranye, hijau, ungu, dan pirus atau turqoise, dengan menggunakan struktur kimia yang sama namun hanya mengganti unsur mangan pada senyawa YInMn dengan unsur lain seperti seng, besi, tembaga, dan titanium.
Subramanian mengatakan bahwa Crayola mendengar kabar tentang penemuannya ini; dan karena penemuan pigmen biru baru merupakan terobosan ilmiah, perusahaan tersebut tertarik untuk menggunakan warna biru tersebut untuk warna krayon mereka yang baru (terutama karena warna biru merupakan warna favorit sepanjang jaman). Tentu saja, YInMn Blue bukanlah nama yang menarik, jadi Crayola juga mengadakan kompetisi untuk memberi nama warna tersebut. Subramanian tampaknya cenderung memilih satu nama: Mas Blue.
Saat ini krayon berwarna Blue YInMn belum tersedia di pasaran. Pigmen tersebut masih menjalani pengujian yang dilakukan oleh Shepherd Color Company, yang mendapatkan lisensi dari Subramanian, dan perlu menjalani uji toksisitas tambahan untuk mendapatkan persetujuan FDA. Crayola memberitakan bahwa krayon baru bikinannya akan terinspirasi oleh rona warna tersebut. Subramanian mengungkapkan keinginannya, bahwa warna tersebut harus siap untuk diproduksi menjadi krayon anak-anak pada akhir tahun 2017 ini. Namun karena Shepherd Color Company juga membuat warna untuk berbagai macam benda, YInMn Blue nantinya tidak hanya akan menjadi warna krayon saja, tetapi juga akan diaplikasikan pada cat mobil, cat rumah, dan bahkan cat untuk kapal perang.
"Kreativitas dan inovasi merupakan bagian tak terpisahkan dari kesuksesan seorang ilmuwan," kata Subramanian. "Sebagai ahli kimia, kami ini sama seperti anak-anak; jadi saya juga merasakan kegembiraan ketika menambahkan warna baru ke dalam kotak krayon. Bagi saya, ini seperti menambahkan elemen baru ke tabel periodik. Kemungkinan untuk menciptakan material baru tidak akan ada habisnya. "
---
(sumber: CO.DESIGN)
Keramik Matrik Komposit dan Metode Pelapisan
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Kompak Desalinator Menggunakan Membran Terintegrasi untuk Penyediaan Air di Kapal Militer/Pesiar
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Minuman Fungsional Antanan (Centella asiatica I. urban)
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Ulat yang biasa kita pakai sebagai umpan ketika memancing ikan ternyata merupakan pengolah plastik tercepat yang pernah ada di muka bumi.
Hingga hari ini, jenis plastik yang paling umum digunakan untuk membuat berbagai benda keperluan kita sehari-hari adalah Polietilen (polyethylene). Ketika kita memakai tas, cangkir, atau botol minuman plastik, kemungkinan besar barang-barang tersebut terbuat dari polietilen. Meskipun sangat bermanfaat, plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat terurai di tempat pembuangan akhir sampah, yakni antara 100 sampai 400 tahun.
Bagaimana cara menguraikan polietilen dengan cepat merupakan sebuah tantangan berat, dan sejauh ini para ilmuwan belum mampu mengatasinya. Sebuah fakta yang ditemukan secara tidak disengaja baru-baru ini bisa jadi merupakan jawabannya.
Federica Bertocchini adalah seorang peternak lebah amatir yang juga anggota Dewan Riset Nasional Spanyol (CSIC). Salah satu musuh peternak lebah adalah ulat yang merupakan larva dari keluarga ngengat lilin. Ulat yang juga bagus untuk dijadikan umpan memancing ikan ini tinggal di dalam sarang lebah, khususnya pada bagian lilin lebah. Peternak lebah biasanya harus merogoh ke dalam sarang lebah untuk mengeluarkan mereka.
Bertocchini menyimpan ulat yang dikeluarkannya dari sarang tersebut ke dalam kantung plastik untuk sementara waktu. Ternyata, muncul lubang-lubang pada tas plastik itu karena dimakan ulat. Bertocchini kemudian melaporkan temuannya dan mulai bekerja dengan Departemen Biokimia Universitas Cambridge untuk bereksperimen dengan ulat pemakan plastik tersebut.
Mereka menemukan bahwa ulat tersebut mampu menghancurkan plastik. Jika bakteri dapat melakukan biodegradasi plastik dengan kecepatan sekitar 0.13mg per hari, 100 ekor ulat mampu menguraikan sebanyak 184mg plastik per hari. Bagaimana cara mereka melakukan ini, kemungkinan terkait dengan lilin lebah yang mereka makan.
Lilin lebah, menurut Bertocchini, "adalah semacam plastik alami," sehingga si ulat sudah terbiasa menghancurkan struktur yang serupa dengan plastik buatan manusia. Lebih bagusnya lagi, mereka tidak hanya memakannya, tapi memecahkan rantai polimer plastik, sehingga memungkinkan terjadinya biodegradasi yang sebenarnya.
Tentu saja masalah ini tidak akan selesai hanya dengan melemparkan jutaan ulat pada sampah plastik. Langkah yang harus diambil selanjutnya adalah mengidentifikasi bagaimana si ulat mampu melakukannya; bisa jadi senyawa pengurai plastik tersebut berasal dari air liur atau mungkin dari usus ulat tersebut. Namun apa pun itu, dengan melakukan identifikasi, berarti para ilmuwan dapat melakukan ekstraksi dan memperbanyaknya dalam skala besar sehingga kita bisa segera memulai upaya biodegradasi limbah plastik.
---
(sumber: Entrepreneur)
Sebuah aplikasi dan perangkat komputasi lagu (MIDI) yang mampu menghasilkan alunan kreasi baru berupa lagu monofonik yang terinspirasi dari satu atau lebih lagu yang diteliti.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Mesin Penggoreng Vakum Tipe Horizotal Sistem Jet Air
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Drone, benda yang satu ini semakin lama semakin mudah didapat, cara mengoperasikannya pun dibuat semakin sederhana. Adanya perusahaan seperti GoPro (dan Samsung yang sepertinya akan ikut bersaing dengan GoPro) menjadikannya sebagai barang yang tak lagi eksklusif, dan bisa dimiliki oleh siapapun yang membutuhkan dan mampu membelinya. Namun ternyata, tak semua orang senang melihat robot yang dilengkapi kamera ini terbang berdengung di seluruh penjuru angkasa.
Ada berita bagus untuk orang-orang yang anti terhadap drone, OpenWorks Engineering, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Inggris menciptakan sebuah bazooka yang bisa menurunkan drone dengan menggelar jaring dan parasut untuk membawa mereka turun kembali menjejak tanah.
Peranti yang diberi nama SkyWall100 ini memiliki jangkauan tepat 100 meter dan dilengkapi dengan pengintai cerdas yang akan membantu pengguna mengarahkan dan melepaskan tembakan dengan tepat. Benda seberat 22 pound (sekitar 10 kilogram) ini dipasarkan sebagai: “sebuah cara hemat dan mudah untuk menangani drone”.
Perusahaan ini juga menegaskan, hanya dibutuhkan waktu delapan detik untuk mengisi ulang bazooka. Tentu saja hal ini akan memudahkan penggunanya untuk membidik beberapa drone berturut-turut dalam waktu yang amat singkat.
OpenWorks memperkenalkan bazooka penangkap drone ini, justru di saat industri drone terus berkembang. The Consumer Technology Association (sebuah organisasi yang mengurusi standar dan perdagangan industri elektronik Amerika Serikat) memperkirakan bahwa penjualan drone hampir mencapai 700.000 unit pada tahun 2015, yang berarti meningkat sebesar 63% dari tahun sebelumnya. Pada awal tahun 2017, sebanyak 300.000 pemilik drone di Amerika Serikat telah mendaftarkan pesawat mereka.
SkyWall100 masuk dalam daftar “Sembilan Inovasi Teknologi Militer Masa Depan” yang dirangkum oleh situs web Kiplinger.
---
(dirangkum dari berbagai sumber: Time, GineersNow, defenseupdate, & Kiplinger)
Mobil hybrid LIPI menggunakan tanki berkapasitas 160cc, dan mampu mencapai jarak tempuh 70-80 Km
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Bijih Plastik Ramah Lingkungan dari Kopolimer Emulsi Pati-Karet Alam-Polimetil Metakrilat Iradiasi
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Revolusi komputer yang demikian hebat mampu mengumpulkan pengetahuan dari seluruh penjuru dunia dan meletakkannya di ujung jari Anda – namun juga berarti memberi Anda tumpukan sampah elektronik yang berbahaya untuk jangka waktu yang sangat lama.
Sebuah tim ilmuwan di California mengungkapkan bahwa masalah ini mungkin dapat teratasi dengan penemuan terbaru mereka berupa sirkuit ringan dan fleksibel yang juga dapat terurai secara alami yang dibuat dengan bahan dasar selulosa, yang merupakan bahan utama dari serat tanaman. Bahan tambahan lainnya adalah senyawa berbasis karbon, dengan besi biasa sebagai elektroda. Ketika barang elektronik sudah saatnya dibuang, cukup tambahkan sedikit cuka – asam dengan pH yang sebanding dengan bahan makanan di dapur kita – untuk melarutkannya.
"Dengan menggunakan lapisan super tipis dan bisa terurai secara alami, kami berhasil membuat transistor polimer dan logic circuits yang kinerjanya tinggi dan sangat ringan, namun dapat hancur seluruhnya," tulis para ilmuwan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Tim peneliti terdiri dari para ahli kimia, insinyur, dan pakar material dari Universitas Stanford, University of California at Santa Barbara, dan produsen komputer Hewlett-Packard.
Semikonduktor ini bisa diproduksi dengan biaya yang lebih murah daripada biaya produksi sirkuit konvensional, namun memiliki kapasitas sedikit lebih rendah. Diperlukan waktu tiga sampai lima tahun untuk memperbaiki kinerjanya, agar bisa menjadi komponen yang secara komersial menguntungkan; khususnya untuk perangkat yang dapat digunakan untuk berselancar di internet, yang dari waktu ke waktu semakin meningkat popularitasnya. Demikian disampaikan oleh Ting Lei, seorang insinyur kimia di Stanford dan penulis utama dalam studi tersebut. "Pembuatannya tidak repot," kata Lei. "Biaya produksinya rendah dan dapat diproduksi dalam skala besar. Bahan temuan kami ini memenuhi kedua syarat itu."
Limbah elektronik merupakan masalah lingkungan yang semakin meresahkan baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang, di mana sebagian besar hanya bisa dibuang setelah selesai masa pakainya. Menurut data PBB, puluhan juta ton perangkat bekas berakhir di tempat sampah setiap tahun. Perangkat bekas ini mengandung plastik dan logam berat seperti merkuri dan kadmium dalam jumlah besar; sementara jika dikumpulkan dan dijual kembali, sampah tersebut justru akan menghasilkan produk sampingan yang beracun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan cara mengurangi limbah tersebut. Selain itu, semikonduktor ini juga dapat digunakan dalam peralatan medis sebagai sensor implan yang membantu dokter melacak fungsi tubuh atau kimia tubuh tanpa pembedahan tambahan untuk membuangnya. Semikonduktor ini juga memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai komponen perangkat keamanan, yang membuat perangkat elektronik bisa langsung hancur setelah selesai digunakan, sehingga tidak bisa dilacak; demikian tertulis dalam laporan penelitian.
Lebih lanjut, Lei mengungkapkan bahwa semikonduktor biodegradable ini juga memiliki kemungkinan untuk dikembangkan sebagai komponen pemantauan lingkungan; para ilmuwan hanya perlu memasang (menginstall) alat, mengambil data, lalu meninggalkan alatnya di lokasi tanpa harus membawanya pulang, karena akan terurai sendiri secara alami.
---