Total: 1138 results found.
Page 53 of 57
Sebuah studi terbaru menemukan bahwa keberhasilan keanekaragaman hayati global dapat dicapai jika ada tambahan 5% lahan yang dialokasikan secara khusus untuk melindungi spesies-spesies kunci.
Para ilmuwan dari Universitas Yale dan Universitas Grenoble mengatakan bahwa upaya semacam ini akan melipatgandakan area lindung mereka serta menjaga keragaman fungsional spesies-spesies kunci tersebut. Temuan ini menggarisbawahi kebutuhan untuk tidak hanya sekedar melindungi jumlah spesies, namun harus melihat lebih dalam lagi ketika mengembangkan strategi konservasi, demikian diungkapkan oleh para peneliti.
"Konservasi keanekaragaman hayati sebagian besar terfokus pada spesies. Pada kenyataannya, ada beberapa spesies yang kemungkinan memiliki fungsi atau kondisi yang merupakan warisan proses evolusi, yang jauh lebih penting atau lebih unik dibandingkan spesies yang lain. Hal ini merupakan sesuatu yang belum terpikirkan dalam sistem perencanaan konservasi saat ini," kata Walter Jetz, seorang profesor ekologi dan biologi evolusioner Universitas Yale merangkap direktur Yale Center for Biodiversity and Global Change.
"Kami menunjukkan bahwa pertimbangan baru dalam keanekaragaman hayati ini memberikan tinjauan pada aspek yang berbeda, yang dapat dijadikan prioritas bagi upaya konservasi, daripada hanya terfokus pada spesies saja. Pertimbangan baru ini menurut kami akan lebih efektif dalam melindungi fungsi atau warisan evolusioner tertentu," kata Jetz. "Kami menemukan bahwa dengan pengalokasian kawasan konservasi secara cerdas, upaya perlindungan terhap beberapa aspek keanekaragaman hayati mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik."
Studi ini sudah dipublikasikan secara online pada 24 Mei 2017 di jurnal Nature. Laura Pollock dari Universitas Grenoble adalah penulis utama dalam studi ini, Jetz merupakan penulis senior, dan Wilfried Thuiller dari University of Grenoble menjadi penulis pendamping.
Para peneliti mencatat: sekitar 26% spesies burung dan mamalia di dunia tidak dimasukkan ke dalam kawasan lindung. Menurut mereka, prospek untuk mengisi kesenjangan keragaman burung dan mamalia bisa meningkat drastis dengan memperluas wilayah konservasi secara hati-hati.
Mereka menganjurkan strategi konservasi yang menekankan pada representasi global, yaitu, mengkonservasi fungsi atau warisan evolusioner spesies-spesies tertentu yang berlaku untuk seluruh planet, dan bukan hanya di lokasi-lokasi tertentu saja. Mereka memperkirakan bahwa penambahan kawasan konservasi sebesar 5% yang disiapkan secara hati-hati akan menambah figur keanekaragaman hayati burung dan mamalia secara dramatis. Sebaliknya, pendekatan yang hanya berfokus pada jumlah spesies saja akan kurang optimal hasilnya.
Jetz dan rekan-rekannya juga mengatakan bahwa pendekatan mereka akan menghasilkan panduan dan pencapaian kemajuan yang lebih komprehensif, sebagaimana diamanatkan oleh Convention on Biological Diversity yang sedang dievaluasi oleh Platform Kebijakan-Ilmu Antarpemerintah (Intergovernmental Science-Policy Platform) tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (Biodiversity and Ecosystem Services).
"Mengingat krisis keanekaragaman hayati yang terjadi saat ini, hasil penelitian ini memberi harapan besar, karena menunjukkan bahwa keberhasilan konservasi dapat dicapai melalui beberapa aspek dalam keanekaragaman hayati yang bisa jadi kurang diperhatikan dalam rencana konservasi selama ini," kata Pollock. "Keanekaragaman hayati merupakan kunci untuk mempertahankan pohon kehidupan atau ekosistem yang berfungsi, yang sesuai dengan tujuan kebijakan internasional. Pendekatan ini dapat diperbarui dan disempurnakan karena keanekaragaman hayati dunia sudah semakin dipahami, dibuat katalognya, serta didokumentasikan."
---
Pembentukan Antibodi Monoklonal Manusia Menggunakan Sampel Darah Pasien Dengue di Indonesia
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Penanda Batas Laut Sistem Laser Plus Pengarah Demarkasi Otomat
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Sepeda motor memperoleh banyak predikat buruk dalam hal kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Karena itulah, desainer Belanda Ritsert Mans bekerja sama dengan ilmuwan Peter Mooij untuk menciptakan kedaraan yang penampilannya maupun fungsinya selaras dengan alam. Sepeda motor kayu unik ciptaan mereka mendapatkan energi alami dari minyak alga, sumber bahan bakar yang sudah lama diminati oleh Peter Mooij.
Peter mengembangkan metode untuk menanam alga dengan cara alami, yakni dalam air asin. Untuk menunjukkan kekuatan sumber bahan bakar yang tidak banyak dikenal orang ini, Mans memutuskan untuk membuat sepeda motor yang menggunakan sumber tenaga dari bahan tersebut, dan dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar ramah lingkungan. Gagasan di balik bahan bakar alga dan desain sepeda ini didasari oleh filosofi yang sama, yakni bahwa kekuatan alam harus dimanfaatkan tanpa diganggu atau dimanipulasi.
“Untuk setiap bagian sepeda motor, saya mengamati apa yang bisa alam berikan kepada saya,” jelas Mans, yang membangun rangka dan pegas sepeda motor dari kayu, menggunakan gabus sebagai peredam, dan rami untuk perkuatan. “Meskipun swingarm satu sisi tampaknya terlalu kontras dengan bahan ‘prasejarah’ yang dipakai untuk membuatnya, sebenarnya benda ini merupakan komposit lengkap, dengan berbagai jenis serat yang ada di alam.”
Ketika sampai pada proses perancangan, pendekatan Mans masih kental dengan nuansa organik. Meski mengenyam pendidikan formal sebagai desainer, sang pencipta sepeda motor itu dengan malu-malu mengakui bahwa dirinya bahkan tidak memiliki komputer untuk bekerja, selain smartphone-nya. “Lima tahun yang lalu, saya memutuskan bahwa bagi saya, mendesain berarti mengikuti intuisi, dan bukannya mensimulasikan pikiran saya ke dalam proses perancangan”, akunya.
Gagasan yang mendasari proyek ini adalah untuk menunjukkan bagaimana minyak alga memiliki potensi untuk digunakan di masa depan. “Orang tidak bisa membayangkan, seperti apa dunia ini dalam 30 tahun ke depan dalam hal transportasi dan energi,” katanya. “Tapi ketidakpastian itu memungkinkan orang untuk mengembangkan dan membangun gagasan mereka sendiri.” Duo ini juga telah menulis sebuah buku tentang gagasan alga sebagai sumber tenaga alami, yang berjudul 'die dikke alg' yang berarti 'alga gemuk' dalam bahasa Indonesia.
---
(sumber: designboom)
Sistem Informasi Dispersi Asap untuk Wilayah Hutan dan Gambut Secara Cepat dan Cerdas
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Innovehealth Cloud System-Save Our Patient with Remote Monitoring System
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Sebuah produsen bir di Inggris menemukan cara untuk mengubah roti sisa menjadi bir. Hal ini dilakukannya setelah membaca sebuah hasil penelitian yang menemukan bahwa rumah tangga di Inggris membuang setidaknya 24 juta irisan roti dalam setahun. Minuman Toast Ale, yang diluncurkan pada bulan Januari 2016, memanfaatkan roti sisa yang masih segar (yang didapatkan dari toko roti, deli dan pembuat sandwich lainnya) untuk diolah menjadi sebotol bir.
Menurut Feedback, organisasi amal yang memfokuskan kegiatannya pada isu limbah makanan, tujuan dari proyek ini adalah untuk mengatasi "isu global limbah makanan", hingga limbah makanan tak ada lagi di dunia ini.
Tristram Stuart, pendiri dan pencipta ide Toast Ale, menceritakan: "Upaya saya untuk mengatasi masalah limbah makanan global telah mengantarkan saya ke seluruh dunia. Saya sedang berada di Brussels Beer Project ketika pertama kali mengetahui tentang proses pembuatan bir inovatif yang akan mengubah masalah global menjadi solusi yang lezat dan bisa diminum. Kami justru berharap bisa menghentikan bisnis ini. Ketika suatu hari tidak ada roti sisa lagi, pada hari itu lah Toast Ale berhenti beroperasi.”
Bir yang mulai dipasarkan secara online dengan harga £ 3 per botol mulai 28 Januari 2016 ini diproduksi oleh Hackney Brewery di London timur. Bir ini dibuat dengan menghancurkan roti sisa menjadi remah roti sebelum menyeduhnya dengan malted barley, hop, dan ragi untuk menciptakan rasa ale yang khas. Kalangan selebriti yang menggemari bir ini di antaranya adalah Jamie Oliver dan Hugh Fearnley-Whittingstall.
Semua keuntungan penjualan Toast Ale disumbangkan kepada Feedback, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengurangi separuh limbah pangan pada tahun 2030, setelah mereka merilis sebuah laporan yang mengungkapkan bahwa setiap tahun 15 juta ton makanan terbuang di Inggris.
Seorang juru bicara Toast Ale menambahkan bahwa, dari semua makanan, roti adalah produsen limbah terbanyak. Setiap tahun, setidaknya ada 24 juta iris roti dibuang dari rumah-rumah di Inggris. Jika dikalkulasi, jumlah roti, kue, dan makanan-makanan panggang yang tersimpan di rumah-rumah di Inggris akan mampu membuat 26 juta orang di seluruh dunia terhindar dari kekurangan gizi.
Jon Swain dari Hackney Brewery mengatakan: "Kami merasa mendapatkan kesempatan emas untuk bergabung dalam perjuangan yang digagas Feedback untuk memerangi limbah makanan. Bagi kami para peramu bir, hal yang terpenting adalah bagaimana membuat bir yang enak rasanya, dan mampu bersaing dengan bir tradisional lainnya. Kami bekerja keras untuk membuat bir yang bukan sekedar bir biasa, tapi sesuatu yang bisa dinikmati dari waktu ke waktu, dan juga memiliki manfaat yang signifikan bagi orang lain."
---
(dirangkum dari berbagai sumber: The Telegraph, Toast Pale Ale, & Global Feedback)
Keramik Matriks Komposit Sebagai Pelapis Tahan Aus, Tahan Korosi dan Suhu Tinggi
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
MEGOU, Varietas Padi Gogo Beras Merah Organik yang Dikembangkan Melalui Pemanfaatan Transgresi Genetik
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Bagian pertama dari artikel ini telah memberikan deskripsi mengenai Virtual Singapore secara umum, bagaimana cara kerjanya, fitur-fitur apa saja yang ada di dalamnya, mana yang bisa dilihat secara detil ataupun secara luas, serta kaitannya dengan perencanaan kota/negara. Bagian 2 ini akan memberikan gambaran mengenai kemampuan yang dimilikinya, manfaatnya bagi berbagai pihak, serta tantangan yang dihadapi oleh para pengembang aplikasi ini.
KEMAMPUAN
Menurut Singapore National Research Foundation (NRF), Virtual Singapore memiliki empat kemampuan utama, yakni:
Eksperimen Virtual - Virtual Singapore merupakan sebuah eksperimen virtual dan alat simulasi; misalnya, untuk memeriksa area jangkauan jaringan 3G / 4G, dengan memberikan gambaran tentang area yang cakupan jaringannya buruk dan area yang dapat diperbaiki jaringannya. Semua itu divisualisasikan secara realistis dalam model 3D.
Virtual Test-Bedding - Virtual Singapore dapat digunakan sebagai platform ujicoba untuk memastikan ketersediaan layanan. Sebagai contoh: sebuah fasilitas olahraga baru yang divisualisasikan secara 3 dimensi dalam Virtual Singapore lengkap dengan data dan pengolahan informasi semantik (semantic information processing) dapat digunakan untuk memperagakan dan mensimulasikan pemecahan keramaian untuk merumuskan prosedur evakuasi dalam keadaan darurat.
Perencanaan dan Pengambilan Keputusan - Dengan kekayaan data yang dimilikinya, Virtual Singapore merupakan platform yang terpadu dan menyeluruh untuk mengembangkan aplikasi analisis. Misalnya: dari data dasar mengenai transportasi, jumlah pemakai jalan, dan data sejenis yang dimiliki oleh Virtual Singapore, dapat dikembangkan sebuah aplikasi untuk menganalisis arus transportasi dan pola pergerakan pejalan kaki. Hasil dari aplikasi ini akan dapat digunakan untuk melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan.
Penelitian dan Pengembangan – Jika kalangan riset/peneliti diberi hak untuk mengakses data di Virtual Singapore sesuai kebutuhan mereka, mereka akan mendapat peluang untuk berinovasi dan mengembangkan teknologi atau kemampuan baru. Model kota 3D dengan data dan pengolahan informasi semantik yang dimiliki Virtual Singapore merupakan modal bagi para peneliti untuk mengembangkan alat yang lebih canggih di masa depan.
Keempat kemampuan di atas memang merepresentasikan sudut pandang kalangan pemerintahan, bisnis, dan pendidikan/penelitian dalam kaitannya dengan kepentingan umum serta hajat hidup orang banyak/masyarakat. Meskipun demikian, sebagai sebuah platform kolaboratif, masyarakat Singapura juga dapat merasakan manfaat dari Virtual Singapore, baik sebagai penerima manfaat dari kegiatan yang awalnya diinisiasi oleh pihak lain, menggunakan data yang ada untuk memperbaiki kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka secara kolaboratif, maupun memanfaatkan data di Virtual Singapore secara langsung untuk kebutuhan pribadi mereka sehari-hari.
MANFAAT
Salah satu contoh manfaat yang berasal dari inisiatif pihak lain adalah pemanfaataan Virtual Singapore untuk memetakan penggunaan solar panel di distrik Yuhua, sebuah kawasan perumahan lama yang telah diproyeksikan oleh pemerintah setempat untuk direnovasi menjadi kawasan yang berwawasan lingkungan.
Ronnie Lee, Deputi Direktur Singapore’s Geospatial Specialist Office menceritakan: “Kami melakukan survey ke distrik Yuhua, meninjau penggunaan panel surya di kawasan tersebut, lalu menggambarkan gambar panel surya itu ke dalam Virtual Singapore. Setelah itu, kami mendapatkan data mengenai energi listrik yang terpakai di distrik tersebut dari pihak berwenang setempat.
"Dengan demikian, kami dapat menunjukkan berapa banyak energi yang dihasilkan oleh panel surya setiap hari, minggu, atau bulan; serta dapat menunjukkan berapa energi yang dibutuhkan secara umum dan berapa penghematan yang bisa diperoleh dengan menggunakan energi listrik dari panel surya." lanjutnya. Hal ini diharapkan akan mendorong masyarakat untuk mulai memikirkan penggunaan panel surya sebagai sumber energi yang lebih ‘hijau’ demi mendukung upaya pembangunan berkelanjutan dan menjaga kelestarian lingkungan secara global.
Masyarakat dapat memanfaatkan data di Virtual Singapore untuk memperbaiki kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka secara kolaboratif, seperti: berkoordinasi dengan para penghuni perumahan atau apartemen dalam memilih warna cat untuk blok yang mereka tinggali, memilih dan menentukan penempatan fasilitas baru seperti lapangan basket, taman dan ruang serbaguna, hingga merencanakan sistem keamanan lingkungan.
Masyarakat juga dapat memanfaatkan Virtual Singapore secara langsung untuk kebutuhan pribadi mereka sehari-hari, seperti: mencari letak pemberhentian bus, letak klinik dan fasilitas umum lainnya, mendapatkan denah lantai dalam pusat perbelanjaan, hingga merencanakan rute untuk penyandang difabilitas. Informasi yang ada di Virtual Singapore juga bisa dihubungkan dengan perangkat tambahan seperti perangkat pelacak untuk mencari anggota keluarga lansia yang menderita demensia dan hilang di perjalanan, hingga menemukan hewan peliharaan yang hilang.
TANTANGAN
Sejauh ini, tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh para pengembang Virtual Singapore adalah dalam menentukan tingkat detail yang harus diakomodasi ketika melakukan rendering gambar 3D.
“Kami ingin membuat Virtual Singapore bisa diakses melalui web browser internet, sehingga masyarakat bisa mengaksesnya; namun web browser memiliki banyak keterbatasan. Kami sebenarnya mampu menyajikan gambar detil untuk setiap pohon, tiang lampu, hingga pintu dan jendela, akan tetapi, semakin detil gambar yang kami buat, akan semakin tinggi pula biaya pembuatannya, dan semakin sulit juga maintenance datanya. Dengan demikian, kami harus benar-benar mempertimbangkan detil gambar mana saja yang harus kami tampilkan, dan mana yang tidak perlu.”
Mari kita tunggu seperti apa wujud Virtual Singapore setelah benar-benar jadi dan sempurna; semoga benar-benar mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, seperti yang dicita-citakan.
--
(bagian 2 dari 2 tulisan | dirangkum dari berbagai sumber: Wired, Dassault Systemes, Business Insider, AEC Magazine, Enterprise Innovation, dan GovTech)
Sambungan Rel Berisolasi (Insulated Rail Joint) dari Bahan Komposit dengan Tulangan Baja sebagai Substitusi Impor
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Sistem Otomasi Gedung untuk Efisiensi dan Penghematan Energi (Eco-Green Building Automation System)
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Pembangkit energi terbarukan berskala besar memang mampu menghasilkan energi yang juga besar. Namun demikian, ada kebutuhan yang cukup tinggi akan perangkat yang lebih kecil, untuk digunakan di lokasi yang terpencil, tidak terlayani oleh fasilitas umum, atau susah dijangkau.
Desainer Nils Ferber menciptakan Turbin Angin Mikro yang mampu bekerja dengan baik di puncak gunung yang berangin maupun di kebun belakang rumah, dan dapat mengisi daya smartphone melalui port USB yang ada pada turbin tersebut. Dengan berat sekitar dua kilogram, Turbin Angin Mikro dapat dilipat seperti payung dan bisa diangkut dengan mudah.
Turbin Angin Mikro ciptaan Ferber dipasang dengan cara membentangkannya mengikuti poros teleskopik, lalu dihubungkan ke turbin kecil yang menghasilkan output daya konstan sebesar lima watt pada kecepatan angin 18 kilometer per jam. Sebuah baterai yang terintegrasi dengan kapasitas 24 watt dapat menyimpan energi yang dihasilkan turbin. Pengguna juga dapat mengisi daya secara langsung melalui port USB yang teletak di turbin tersebut. Baling-balingnya terbuat dari kain yang kuat, dan mampu menangkap energi angin yang bertiup dari segala arah.
Turbin Angin Mikro ini bekerja di tempat-tempat yang tidak bisa mendapatkan energi melalui panel surya, seperti di lokasi yang cenderung berawan dimana sinar matahari tidak bisa ditangkap, atau di malam hari. Turbin ini dirancang untuk dipakai oleh para petualang, pembuat film, pendaki gunung, ilmuwan, bahkan petugas penyelamat yang harus bekerja di lokasi yang ekstrim tanpa akses fasilitas listrik yang memadai.
Bingkai turbin yang berukuran relatif kecil tidak akan terlalu membebani pemakainya, karena beratnya hanya sekitar dua kilogram saja, "Berat tersebut 40 persen lebih ringan daripada peralatan sejenis lainnya," kata Ferber. Ferber telah menguji Turbin Angin Mikro ciptaannya di Pegunungan Alpen Swiss, untuk menunjukkan efektivitasnya dalam cuaca yang sangat berangin.
Turbin Angin Mikro ini dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan satu orang saja, namun Ferber menambahkan bahwa turbinnya bisa dikembangkan untuk kebutuhan yang lebih besar. Ferber sedang mencari mitra untuk mengembangkan turbin anginnya menjadi produk yang dapat dipasarkan.
---
(dirangkum dari berbagai sumber: InHabitat, TreeHugger, & situs pribadi Nils Ferber)
Pembuatan Nanokomposit Karbon-MnO2 Limbah Baterai untuk Aplikasi Elektroda Superkapasitor
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Limbah Surimi sebagai Media Penghasil Perekat Protein
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Hampir 130 juta hektar hutan telah hilang sejak tahun 1990, hampir setara dengan luas negara Afrika Selatan, demikian tertulis dalam sebuah laporan yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN-FAO) baru-baru ini.
AIMS Environmental Science baru-baru ini menerbitkan hasil penelitian yang dilakukan di 67 negara kurang berkembang yang juga termasuk daerah endemik malaria. Penelitian ini berjudul "Hilangnya Hutan Dan Prevalensi Malaria: Penelitian Komparatif Terhadap Penyebab Penggundulan Hutan di Negara-Negara Berkembang dan Konsekuensi Penyakit Yang Ditimbulkannya". Dipimpin oleh sosiolog Lehigh University Dr. Kelly Austin, penelitian tersebut menemukan adanya kaitan antara deforestasi dan peningkatan kejadian malaria di negara-negara berkembang.
Malaria merupakan penyakit menular yang memiliki kaitan dengan kondisi lingkungan, karena disebarkan oleh nyamuk sebagai vektor penyakit. Deforestasi, menurut Austin, bukanlah fenomena alam, melainkan kondisi yang terjadi akibat ulah manusia, atau antropogenik. Studi ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa pola perubahan iklim, penggundulan hutan, dan perubahan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan alam, memperkuat transmisi malaria. "Perubahan yang disebabkan oleh ulah manusia terhadap lingkungan alam berdampak besar terhadap tingkat kejadian malaria," katanya.
Strategi penelitian analitik yang digunakan juga memungkinkan penulis untuk melihat penyebab deforestasi, agar penelitian memiliki fokus yang lebih luas pada akar masalah sebenarnya, atau pada perubahan pola penggunaan lahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang pada gilirannya akan membuat daerah tersebut rentan terhadap malaria.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk pedesaan dan pemanfaatan lahan secara khusus untuk pertanian dan perkebunan merupakan penyebab utama hilangnya hutan di negara-negara berkembang. Menurut Austin, deforestasi yang disebabkan oleh aktivitas tersebut sebagian didorong oleh bisnis ekspor makanan ke negara-negara yang lebih maju. "Dengan demikian, perilaku konsumsi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dapat dikaitkan dengan tingkat kejadian malaria di negara-negara berkembang."
Deforestasi dapat mempengaruhi prevalensi malaria melalui beberapa mekanisme, salah satunya adalah: meningkatkan jumlah sinar matahari dan genangan air di beberapa area. Menurut penelitian tersebut, secara umum, banyaknya jumlah genangan air dan sinar matahari sangat bagus bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan sebagian besar spesies nyamuk Anopheles yang menjadi vektor utama transmisi malaria.
Austin berharap penelitiannya dapat membantu memfasilitasi terjadinya perubahan dalam praktik pertanian dan perkebunan. Austin mengungkapkan bahwa upaya-upaya seperti: menyisakan beberapa pohon ketika melakukan penebangan, memperbanyak pohon-pohon peneduh, serta penggunaan sistem penanaman campuran (mixed cultivation), akan membantu mengurangi dampak berbahaya tersebut. Dengan demikian, sistem tebang habis yang masih sering dilakukan dalam bisnis pertanian dan perkebunan harus dihentikan.
Meskipun upaya pencegahan, diagnosis, dan pengobatan malaria di banyak negara mengalami peningkatan yang signifikan selama beberapa dekade terakhir, Austin dan rekan-rekannya menegaskan bahwa malaria masih menjadi ancaman utama bagi kesehatan dan menyebabkan kematian di berbagai negara, terutama negara-negara yang terletak di belahan bumi Selatan.
---
(sumber: Science Daily | sumber gambar: Pixabay | jurnal penelitian yang lengkap dapat dibaca dan diunduh di situs web AIMS Press)
I-Blood Bank: Mengurangi Resiko Kekurangan Persediaan Darah di Seluruh Cabang PMI Menggunakan Sistem Informasi Persediaan Darah
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Alat Penekuk Implan Penyambung Tulang yang Sesuai dengan Kontur Tulang
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Mie instan, yang sangat populer di Indonesia, merupakan makanan yang enak, murah, dan mudah dimasak. Kombinasi ini membuat mie instan menjadi solusi sempurna untuk mahasiswa yang memiliki jadwal padat dan dompet yang mulai menipis. Mari kita luangkan waktu sejenak untuk melihat apa saja yang membuat mie instan layak untuk dinikmati, dan mari kita nikmati penjelasan sains di balik kelezatan sajian ini.
Mie instan benar-benar merupakan keajaiban teknologi - mereka bisa bertahan hingga 12 bulan di atas rak, dan bumbu yang terdapat dalam bungkusan kecil di dalam kemasannya membuat mie instan terasa begitu enak. Berterimakasihlah pada kemajuan ilmu pengetahuan yang memungkinkan ini semua terjadi. Masa simpan mie instan berkisar antara 4 sampai 12 bulan, tergantung pada faktor lingkungan. Bagaimana menemukan bahan yang stabil dalam waktu sepanjang itu, terutama lemak dan minyak yang rentan terhadap oksidasi, merupakan tantangan tersendiri dalam bisnis makanan.
Antioksidan seperti tertiary-butyl hydroquinone (TBHQ) dapat memperpanjang masa simpan mie instan dengan mencegah terjadinya oksidasi pada komponen lemak dan minyak. Hal ini terjadi dengan cara menambahkan elektron untuk menetralkan radikal bebas, yang mampu mengatasi ketidakstabilan radikal bebas tersebut. Tekstur mie instan diawetkan dengan propilen glikol yang ada pada bahan campuran mie, yang membantu mie mempertahankan kelembaban dan mencegahnya menjadi kering.
Monosodium L-glutamat (MSG) adalah zat aditif yang digunakan untuk membuat rasa mie instan menjadi begitu sedap. Molekul ini menambahkan rasa gurih pada makanan, yang biasa disebut 'umami', yakni rasa kelima setelah asin, manis, asam, dan pahit. Penelitian terbaru menemukan adanya reseptor L-glutamat (Glu) dan molekul transduksi di mukosa usus dan di rongga mulut (REF). Infusi MSG ke dalam lambung mengaktifkan beberapa area otak, seperti korteks insular yang terkait dengan regulasi homeostasis, sistem limbik yang dikaitkan dengan indera penciuman, dan hipotalamus yang terkait dengan proses metabolisme dan pengendalian rasa lapar. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian MSG melalui jalur gustatory (indera pencecap, dalam hal ini: lidah) dan visceral (sensor rasa di otak) memainkan peranan penting dalam mempengaruhi sistem pencernaan, penyerapan, dan metabolisme.
Kandungan gizi vs asupan harian yang disarankan untuk berbagai komponen mie instan (sumber gambar: Panisa Sundravorakul)
Meskipun mie instan terasa enak, lezat, dan menghemat uang serta waktu, makanan ini tidak mengandung nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi harian tubuh. Mie instan memiliki kandungan sodium, karbohidrat dan lemak yang relatif tinggi, namun rendah dalam protein, serat, vitamin, dan mineral. Gambar di atas menunjukkan perbandingan antara asupan gizi harian yang direkomendasikan oleh National Institute of Health dengan kandungan gizi dalam satu bungkus mie instan. Mie instan mengandung terlalu banyak asupan natrium, dan kurang dalam asupan serat, vitamin A dan C, kalsium, serta zat besi yang dibutuhkan manusia setiap harinya.
Tidak ada keraguan bahwa mie instan adalah inovasi dalam ilmu kuliner yang sangat populer. Dilihat dari segi kesehatan, mie instan tentu aman untuk dikonsumsi, tapi jika Anda berpikir untuk mengonsumsinya secara teratur, coba pikirkan kembali manfaat apa yang bisa Anda dapatkan jika Anda memilih untuk mengonsumsi makanan lain yang lebih kaya nutrisi.
---
Sistem Monitoring Pajak Daerah untuk Restoran, Parkir, Tempat Hiburan dan Hotel dengan Metode Tapping Jalur Printer POS atau Cash Register
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database