Konservasi Khusus demi Keanekaragaman Hayati yang Lebih Terlindungi

Konservasi Khusus demi Keanekaragaman Hayati yang Lebih Terlindungi

Sebuah studi terbaru menemukan bahwa keberhasilan keanekaragaman hayati global dapat dicapai jika ada tambahan 5% lahan yang dialokasikan secara khusus untuk melindungi spesies-spesies kunci.

Para ilmuwan dari Universitas Yale dan Universitas Grenoble mengatakan bahwa upaya semacam ini akan melipatgandakan area lindung mereka serta menjaga keragaman fungsional spesies-spesies kunci tersebut. Temuan ini menggarisbawahi kebutuhan untuk tidak hanya sekedar melindungi jumlah spesies, namun harus melihat lebih dalam lagi ketika mengembangkan strategi konservasi, demikian diungkapkan oleh para peneliti.

"Konservasi keanekaragaman hayati sebagian besar terfokus pada spesies. Pada kenyataannya, ada beberapa spesies yang kemungkinan memiliki fungsi atau kondisi yang merupakan warisan proses evolusi, yang jauh lebih penting atau lebih unik dibandingkan spesies yang lain. Hal ini merupakan sesuatu yang belum terpikirkan dalam sistem perencanaan konservasi saat ini," kata Walter Jetz, seorang profesor ekologi dan biologi evolusioner Universitas Yale merangkap direktur Yale Center for Biodiversity and Global Change.

"Kami menunjukkan bahwa pertimbangan baru dalam keanekaragaman hayati ini memberikan tinjauan pada aspek yang berbeda, yang dapat dijadikan prioritas bagi upaya konservasi, daripada hanya terfokus pada spesies saja. Pertimbangan baru ini menurut kami akan lebih efektif dalam melindungi fungsi atau warisan evolusioner tertentu," kata Jetz. "Kami menemukan bahwa dengan pengalokasian kawasan konservasi secara cerdas, upaya perlindungan terhap beberapa aspek keanekaragaman hayati mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik."

Studi ini sudah dipublikasikan secara online pada 24 Mei 2017 di jurnal Nature. Laura Pollock dari Universitas Grenoble adalah penulis utama dalam studi ini, Jetz merupakan penulis senior, dan Wilfried Thuiller dari University of Grenoble menjadi penulis pendamping.

Para peneliti mencatat: sekitar 26% spesies burung dan mamalia di dunia tidak dimasukkan ke dalam kawasan lindung. Menurut mereka, prospek untuk mengisi kesenjangan keragaman burung dan mamalia bisa meningkat drastis dengan memperluas wilayah konservasi secara hati-hati.

Mereka menganjurkan strategi konservasi yang menekankan pada representasi global, yaitu, mengkonservasi fungsi atau warisan evolusioner spesies-spesies tertentu yang berlaku untuk seluruh planet, dan bukan hanya di lokasi-lokasi tertentu saja. Mereka memperkirakan bahwa penambahan kawasan konservasi sebesar 5% yang disiapkan secara hati-hati akan menambah figur keanekaragaman hayati burung dan mamalia secara dramatis. Sebaliknya, pendekatan yang hanya berfokus pada jumlah spesies saja akan kurang optimal hasilnya.

Jetz dan rekan-rekannya juga mengatakan bahwa pendekatan mereka akan menghasilkan panduan dan pencapaian kemajuan yang lebih komprehensif, sebagaimana diamanatkan oleh Convention on Biological Diversity yang sedang dievaluasi oleh Platform Kebijakan-Ilmu Antarpemerintah (Intergovernmental Science-Policy Platform) tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (Biodiversity and Ecosystem Services).

"Mengingat krisis keanekaragaman hayati yang terjadi saat ini, hasil penelitian ini memberi harapan besar, karena menunjukkan bahwa keberhasilan konservasi dapat dicapai melalui beberapa aspek dalam keanekaragaman hayati yang bisa jadi kurang diperhatikan dalam rencana konservasi selama ini," kata Pollock. "Keanekaragaman hayati merupakan kunci untuk mempertahankan pohon kehidupan atau ekosistem yang berfungsi, yang sesuai dengan tujuan kebijakan internasional. Pendekatan ini dapat diperbarui dan disempurnakan karena keanekaragaman hayati dunia sudah semakin dipahami, dibuat katalognya, serta didokumentasikan."

---

(sumber: Phys | sumber gambar: Pixabay)

Comments (0)

There are no comments posted here yet

Leave your comments

Posting comment as a guest.
Attachments (0 / 3)
Share Your Location