Total: 1138 results found.
Page 32 of 57
Pada umumnya produk obat sirup dalam kemasan botol telah dilengkapi dengan gelas takar atau sendok, untuk menjamin konsumsi obat sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan. Penyempurnaan alat takar cairan untuk dosis sekali pakai menghasilkan alat penakar slang dengan corong penakar (Straw Measuring Spout / SMS).
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Diagnosis iris, atau dikenal juga dengan iridologi adalah pengamatan pada iris mata seseorang yang diharapkan mampu memberikan informasi status kesehatannya. Bagian dari iris mata diyakini mewakili bagian tubuh spesifik. Ketika dibandingkan dengan diagram iris mata normal, karakteristik iris bisa menunjukan kecenderungan seseorang terhadap suatu penyakit, sejarah kesehatan dan memprediksi masalah kesehatan yang akan timbul.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Di saat seniman lain beramai-ramai memamerkan karya street art mereka di jalan-jalan atau dinding kota, seniman Rusia Eugenia Dudnikova justru membawa karya street art-nya kembali ke alam. Sang seniman melukis karya seni yang rumit dengan indah di lekukan batang pohon yang terkelupas kulitnya. Gambar-gambarnya yang bermazhab surealistik terinspirasi oleh ilustrasi buku anak-anak.
Dudnikova melukis gambar binatang, manusia, dan pemandangan alam dengan cat akrilik berwarna pastel yang redup. Suasana lingkungan hutan yang tenang memberikan nuansa melankolis pada karyanya.
Situs Behance menyebutkan bahwa proyek street art Dudnikova ini tersebar di berbagai kota, dan memakai pohon-pohon yang terletak di pinggiran kota, taman, serta hutan. Meskipun tidak mengungkapkan secara spesifik di mana lokasi karya ini, tetapi jelas bahwa Dudnikova menggunakan ketenangan alam sebagai inspirasi karyanya, dan mengubah ruang kecil pada batang pohon-pohon tersebut menjadi karya seni yang tersembunyi jauh di dalam hutan.
---
Penggunaan produk plastik sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Pengelolaan limbah plastik sulit dan mahal harganya, sehingga kini menjadi permasalahan lingkungan yang serius.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan di daerah tropis menjadikan rumput laut salah satu komoditas ekspor. Masih terdapat beberapa kendala di sektor pembudidayaan rumput laut, diantaranya hama dan penyakit ice-ice yang berpengaruh pada kuantitas dan kualitas rumput laut.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Gempa bumi, serangan bom, atau bencana lain yang merobohkan bangunan hingga menyebabkan orang yang berada di dalamnya tertimbun runtuhan, membuat para korban sulit dideteksi keberadaannya. Padahal, beberapa jam setelah bencana terjadi, kemampuan bertahan hidup para korban yang terjebak di puing-puing menurun dengan cepat. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan oleh tim penyelamat adalah menemukan dan mengeluarkan orang-orang yang terperangkap di reruntuhan secepat mungkin, karena perbedaan antara hidup dan mati bisa terjadi dalam hitungan detik.
Dan ini bukanlah tugas yang mudah.
Ketika terjadi bencana, tim penyelamat biasanya mencari korban dengan bantuan anjing pelacak, kamera termal, atau detektor akustik yang mampu mengenali suara manusia yang minta bantuan. Semua metode ini memiliki kelemahannya masing-masing. Anjing pelacak yang terlatih untuk mengendus keberadaan korban tidak banyak jumlahnya, dan detektor akustik tidak banyak berguna dalam menemukan orang yang kondisinya tidak sadar.
Selain itu masih ada sistem untuk mendeteksi bahan kimia yang dilepaskan oleh tubuh manusia. Sayangnya, alat tersebut ukurannya terlalu besar, harganya mahal, dan tidak selalu mampu mendeteksi bahan kimia yang konsentrasinya rendah.
Untuk membantu tim penyelamat atau drone tanpa awak agar mampu menemukan korban bencana secara efisien, sebuah tim yang terdiri dari para ilmuwan dari ETH Zurich, University of Innsbruck, dan University of Cyprus, dan dipimpin oleh Prof. Sotiris E. Pratsinis dari ETH Zurich mengembangkan perangkat sensor yang murah dan portabel. Ukurannya yang hanya sebesar telapak tangan membuat alat ini mudah dibawa atau dipasang pada drone.
Alat ini memiliki lima macam sensor, tiga di antaranya adalah sensor oksida logam berstruktur nano, yang secara spesifik dirancang sebagai pendeteksi yang sangat sensitif. Ketiga sensor ini (Si-doped WO3, Si-doped MoO3, dan Ti-doped ZnO) masing-masing mampu mendeteksi bahan kimia yang dipancarkan oleh manusia melalui napas atau kulit mereka, yakni aseton, amonia dan isoprena, dan dapat menjalankan fungsinya baik ketika si korban berada dalam kondisi sadar maupun tidak. Dua sensor lainnya adalah pendeteksi kelembaban dan CO2 (gas yang dikeluarkan ketika manusia bernapas) yang dapat diperoleh dengan mudah di pasaran.
Ketika dilakukan pengujian pada manusia yang berada dalam ruang pletismografi - untuk mensimulasikan kondisi terjebak dalam reruntuhan - sensor ini dalam waktu yang sangat singkat mampu mendeteksi bahan kimia dalam jumlah sangat kecil dengan akurasi tinggi, yakni sebesar 19 ppb untuk aseton, 21 ppb untuk amonia, dan 3 ppb untuk isoprena. Kemampuan ini jauh melebihi kapasitas detektor portabel pada umumnya.
Para peneliti menyatakan bahwa mereka sedang merencanakan untuk melakukan pengujian di lapangan, dalam kondisi yang dibuat semirip mungkin dengan kondisi pasca bencana.
---
(dirangkum dari: New Atlas, Analytical Chemistry, Phys, Electronic Component News, Wireless Design Mag, Innovation Toronto, dan Drone Below | sumber gambar lain: pixabay & ShieldMyPet)
Pompa hidram menggunakan tekanan air yang mengalir karena perbedaan tinggi dan tekanan hidrolik untuk menaikkan air ke tempat yang lebih tinggi. Dengan teknologi ini, sumber mata air yang letaknya jauh atau berada di lembah yang terjadi bisa menjadi berkah bagi desa yang letaknya jauh sekalipun.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Onggok adalah limbah pabrik tapioka yang berpotensi mencemari lingkungan. Mengolah onggok menjadi produk berguna akan mengurangi potensi pencemaran lingkungan. Inovasi ini mengubah onggok menjadi media pertumbuhan jamur tiram, sebagai sumber Beta Glukan yang bernilai ekonomis tinggi.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Energi matahari merupakan energi yang selalu ada, berkelanjutan, dan tersebar di mana-mana. Teknologi untuk menjaring energi matahari melalui sel surya dan menjadikannya energi listrik juga sudah semakin maju. Tapi, ada satu hal yang selalu menjadi musuh, yaitu hujan. Satu musuh inilah yang menghambat sel surya menyimpan energi listrik.
Baru-baru ini, sebuah tim yang terdiri dari para insinyur dari China, telah mengembangkan sel surya hibrid yang dapat menghasilkan listrik dalam cuaca cerah maupun hujan, dengan menggunakan efek triboelectric untuk mengumpulkan energi dari pergerakan air hujan yang jatuh di permukaannya.
Triboelectric nanogenerators (TENGs) yang digunakan oleh tim peneliti China ini menciptakan muatan dari gesekan dua material, yang kita kenal sebagai listrik statis (yang selama ini kita ketahui: listrik statis yang dihasilkan oleh gerakan, getaran, atau gesekan dari pakaian, roda mobil, lantai, atau layar sentuh).
Dalam studi ini, ini, para peneliti menangkap gerakan hujan yang bergulir di permukaan sel surya. Untuk itu, mereka menambahkan dua lapisan polimer untuk membentuk TENG di atas sel fotovoltaik. Lapisan atas terdiri dari polimer yang disebut polydimethylsiloxane (PDMS), sedangkan lapisan bawah terbuat dari poli (3,4-ethylenedioxythiophene): poli (styrenesulfonate) (PEDOT: PSS). Untuk meningkatkan kinerja kedua lapisan tersebut, para peneliti memberi tekstur pada kedua polimer, PDMS dan PEDOT: PSS, dengan mencetak gambar salur-salur (garis-garis) pada DVD yang tersedia di pasaran.
Penambahan tekstur pada lapisan PDMS akan meningkatkan kinerja TENG dari bahan ini, yakni ketika tetesan air menyentuhnya dan kemudian menetes lagi dari lapisan tersebut. Lapisan PEDOT:PSS (yang juga bertekstur) bertindak sebagai elektroda untuk TENG dan sel surya. Lapisan ini diletakkan di antara dua perangkat dan berfungsi menghantarkan energi dari TENG ke sel surya.
Karena polimer ini terbuat dari bahan yang transparan (tembus cahaya), sel surya masih bisa menghasilkan energi dari sinar matahari, juga dari tetesan hujan. Rancangan sederhana ini menunjukkan konsep baru untuk mendapatkan energi dalam berbagai kondisi cuaca.
Menurut tim peneliti, alat ini memiliki arus tertinggi sekitar 33 nA, dan tegangan tertinggi sekitar 2,14 V. Arus dan tegangan sebesar itu memang belum signifikan untuk dimanfaatkan, tetapi sudah cukup untuk menunjukkan bahwa konsep temuan mereka memang berfungsi dan terukur.
Ini bukan pertama kalinya para peneliti tersebut bereksperimen dengan TENG untuk membuat sel surya tetap bermanfaat dalam berbagai kondisi cuaca. Namun demikian, mereka menegaskan bahwa perangkat baru ini memiliki desain yang lebih sederhana, ukurannya lebih kecil, dan lebih mudah untuk dibuat dibandingkan alat yang sudah ada sebelumnya.
Tim peneliti terdiri dari: Yuqiang Liu, Na Sun, Jiawei Liu, Zhen Wen, Xuhui Sun, Shuit-Tong Lee, dan Baoquan Sun; dan mendapat pendanaan dari National Key Research and Development Program of China, the National Natural Science Foundation of China, the Priority Academic Program Development of Jiangsu Higher Education Institutions, The 111 Projects, dan The Collaborative Innovation Center of Suzhou Nano Science and Technology.
---
(dirangkum dari: New Atlas, American Chemical Society, & ACS Nano | sumber gambar lain: pixabay & Youtube)
Modem Internet broadband untuk mobile memiliki daya jelajah terbatas. Antena yang ada memiliki keterbatasan dalam mengantisipasi pantulan, redaman pada propagansi sinyal karena frekuensi tinggi, dan kadang diperparah oleh keadaan alam serta kondisi kontur lingkungan. Penguat sinyal eksternal bisa membantu meningkatkan daya jelajah.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
iMunni-Chick merupakan suplemen pakan dari bahan-bahan alami terpilih yang mampu meningkatkan performa dan imunitas unggas. Produk dengan bahan utama cacing tanah ini diformulasikan sebagai sumber nutrisi yang memiliki kadar protein tinggi dan asam amino yang seimbang.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Brokoli bukanlah makanan favorit setiap orang. Bahkan, menurut penelitian, ada faktor genetis yang membuat senyawa glucosinolate dalam brokoli terasa pahit dan tidak enak bagi beberapa orang. Tak heran jika brokoli sering dinomorsekiankan dalam pilihan makanan seseorang, dan tak jarang disisihkan ke tepian piring untuk dibuang. Sungguh sayang, karena sayuran hijau yang bentuknya seperti pohon ini sebenarnya mengandung banyak manfaat kesehatan yang dapat membantu meningkatkan kondisi kesehatan secara keseluruhan jika dikonsumsi secara reguler.
Brokoli (Brassica oleracea, Brassicaceae) merupakan tanaman yang termasuk dalam kerabat kubis liar. Secara khusus, populasi kubis liar tumbuh melimpah di pantai utara dan barat laut Mediterania selama ribuan tahun. Selama waktu tersebut, muncul beberapa variasi yang berbeda, seperti kubis Brussel, kembang kol, collard green atau kailan, kale, dan - tentu saja - brokoli.
Seluruh bagian dari brokoli, baik bagian batangnya yang tebal dan kepala bunganya yang padat menyerupai pohon kecil, dapat dimakan. Jenis yang paling umum adalah brokoli hijau, selain itu ada brokoli yang berwarna ungu dan ada pula yang berwarna kuning kehijauan dengan bagian bunga berbentuk kerucut. Brokoli mengandung jumlah protein yang sama dengan secangkir nasi, namun dengan jumlah kalori hanya sepertiganya. Brokoli juga kaya vitamin C, K, dan A, serta folat dan serat larut.
Ketika dikonsumsi, brokoli dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi, di antaranya: xerophthalmia (kekeringan abnormal pada mata yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A), infantile scurvy (penyakit yang berakar pada defisiensi vitamin C), dan anemia (suatu kondisi yang disebabkan oleh kekurangan folat). Berdasarkan sebuah penelitian, orang yang mengonsumsi 200 gram brokoli setiap hari selama tujuh hari penuh menunjukkan peningkatan lutein karotenoid dan vitamin E.
Brokoli juga mengandung metabolit sekunder penting yang meningkatkan kemampuan tubuh melakukan detoksifikasi dan melindungi tubuh terhadap radikal bebas dan stres oksidatif (stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk menetralkan atau mendetoksifikasi efek berbahaya dari radikal bebas tersebut melalui proses netralisasi yang dilakukan oleh antioksidan).
Secara khusus, glucoraphanin, bahan yang ditemukan dalam brokoli, telah terbukti mampu membuang polutan dan karsinogen dari dalam tubuh melalui urin. Bahan lain dalam brokoli, sulforaphane, menunjukkan efek antibiotik pada Helicobacter pylori, yakni bakteri yang menyebabkan sakit maag, gastritis, serta kanker lambung dan prostat. Penelitian yang dilakukan oleh Linus Pauling Institute Oregon State University menegaskan kemampuan sulforaphane dalam mencegah kanker dan menghambat penyebarannya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Pennsylvania State University menemukan bahwa mengkonsumsi brokoli dapat membantu memperbaiki kondisi saluran cerna. Jika usus kita mengalami kebocoran dan berlanjut menjadi radang, hal ini kemungkinan akan menyebabkan munculnya penyakit lain seperti radang sendi dan penyakit jantung.
Dengan semakin banyaknya bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alami aktif yang ditemukan dalam sayuran ini mampu membantu mencegah kanker dan penyakit kronis lainnya, para ahli nutrisi menyarankan untuk mengkonsumsi satu hingga dua porsi brokoli (atau sayuran lain yang masih merupakan kerabat brokoli seperti kubis, kembang kol, kubis Brussel, kailan, atau kale) beberapa hari dalam seminggu.
Menurut penelitian, cara terbaik untuk memaksimalkan manfaat brokoli adalah dengan mengkonsumsi brokoli yang masih segar. Brokoli yang telah menguning atau layu menunjukkan bahwa nutrisi yang dikandungnya telah berkurang. Memasak brokoli dengan cara dikukus akan meningkatkan jumlah antioksidan membuat kita bisa mendapatkan manfaat dari unsur fenol dan flavonoidnya.
Jadi, jangan ragu makan brokoli!
---
(dirangkum dari: Food Science (1), Food Science (2), New Atlas, Science Direct, Natural News, Science Daily, dan EurekAlert! | sumber gambar lain: pixabay)
Sampah perkotaan selama ini telah menjadi masalah karena jumlahnya meningkat dan semakin mencemari lingkungan. Bila dianalisis, sebenarnya komponen sampah ini berpotensi karena mempunyai nilai kalori cukup tinggi bila digunakan sebagai bahan bakar padat.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Iodium-125 [125I] adalah isotop yang sering digunakan untuk perunut pada bidang kesehatan, pertanian, dan energi. Pancaran energi gammanya relatif rendah, sehingga tidak membahayakan lingkungan. Waktu paruhnya 59 hari, cukup lama untuk penyimpanan, dan bisa luruh sepenuhnya menjadi non-radioaktif.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Teripang telah lama digunakan sebagai makanan yang enak dan secara tradisional dipercaya memiliki khasiat kesehatan dan efek aprodisiak alami bagi pria. Berdasarkan hasil analisa proksimat, teripang mengandung banyak sekali unsur yang dibutuhkan tubuh,
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Penggunaan kertas yang semakin hari semakin tinggi beresiko meningkatkan laju penggundulan hutan di berbagai belahan dunia, khususnya Indonesia. Akibatnya, penyerapan gas CO2 oleh tumbuhan semakin berkurang dan memicu percepatan pemanasan global.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Sebuah moda transportasi perairan tanpa emisi berupa 'perahu terbang' yang diberi nama SeaBubbles telah dibahas di situs ini beberapa bulan lalu, mulai dari gagasan awal para penciptanya hingga spesifikasi dan prospeknya (lihat: SeaBubbles (1): Transportasi Perkotaan Masa Depan dan Seabubbles (2): Spesifikasi dan Prospeknya). Menurut rencana awal, perahu terbang yang ramah lingkungan ini akan diujicobakan di Paris pada bulan September tahun lalu, namun ternyata ada beberapa hal yang membuat rencana tersebut harus tertunda.
Penundaan tersebut terjadi karena pengoperasian SeaBubbles terbentur kendala teknis dan peraturan yang berlaku mengenai kecepatan perahu. Perahu listrik memang dianggap tidak mengganggu karena tidak mencemari lingkungan, dan tidak mengeluarkan suara yang bising. Akan tetapi, di banyak sungai dan danau, ada peraturan yang membatasi kecepatan perahu.
Di Sungai Seine, (tempat yang direncanakan akan menjadi lokasi pertama 'penerbangan' SeaBubbles) berlaku sebuah peraturan bahwa kecepatan perahu maksimal adalah 7.5mph (12 km per jam) di pusat kota dan 11.2mph (18 km per jam) di pinggiran atau luar kota. Sementara itu, teknologi hydrofoil yang digunakan SeaBubbles memiliki kecepatan 32mph (51 km per jam) agar bisa melayang di atas air. Para penciptanya pun tidak memiliki rencana untuk mengoperasikan SeaBubbles pada kecepatan yang lebih rendah. Masalah kecepatan inilah yang memperlambat rencana pengembangan SeaBubbles di Paris. Menurut Voies Navigables de France (Navigable Waterways of France), kecepatan ini membuat mereka harus berdiskusi lebih lanjut sebelum memberikan ijin operasi kepada SeaBubbles.
Setelah berbulan-bulan bernegosiasi, Alain Thébault (pencipta dan pemilik SeaBubbles), dibantu oleh Paris Authorities dan Kementerian Transportasi, akhirnya diberi ijin untuk 'menerbangkan' SeaBubbles dengan kecepatan 15,53 mph (25 km per jam). Lampu hijau baru saja diberikan oleh kepala wilayah, Michel Cadot. SeaBubbles akan diujicoba di Paris selama bulan Mei dan Juni tahun ini, dan masyarakat Paris boleh mengujicoba secara gratis dalam jangka waktu tersebut.
Sebelum itu, bulan April kemarin, SeaBubbles telah mempresentasikan proyek mereka di Jenewa, Swiss, dan melakukan ujicoba sistem fly-by-wire yang digunakan pada prototipe terakhirnya di Danau Jenewa. Ujicoba ini pun sebenarnya bukan tanpa hambatan, khususnya dalam hal peraturan yang berlaku di kota ini. Pemerintah setempat mengkhawatirkan rencana SeaBubbles untuk membangun dermaga di tepi danau; sementara perusahaan feri lokal mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya peningkatan kepadatan lalu lintas di danau ini.
Meskipun mengalami berbagai hambatan, pemilik SeaBubbles tetap optimis dan menceritakan bahwa mereka mulai merancang sistem docking dan mengembangkan aplikasi yang akan menunjukkan kepada pengguna apakah mereka bisa memesan taksi SeaBubble, dan apakah SeaBubble akan menghemat waktu mereka (dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi lainnya).
---
(dirangkum dari: Electrek, Inhabitat, dan Sortir a Paris)
Ruangan kandang anak ayam harus dijaga agar tetap hangat, terutama malam hari. Selama ini, peternak mengandalkan penghangat minyak tanah. Penggunaan minyak tanah disamping boros, saat ini semakin sulit diperoleh dan harganya juga mahal.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Fungsi ektomikoriza (ECM) adalah kelompok jamur (fungi) akar yang bersimbiosis mutualistis spesifik pada tanaman hutan tropika khususnya dari keluarga meranti (Dipterocarpaceae), ekaliptus (Myrtaceae), pinus (Pinaceae), dan melinjo (Gnetaceae). Inovasi biorehabilitasi adalah produk mikroba hutan yang berasal dari hutan tropika Indonesia.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Jika Anda menyukai jus buah segar, minyak zaitun murni (extra virgin olive oil), dan sari buah apel, ada kabar baik untuk Anda: sebuah konsorsium teknologi pangan di Eropa menemukan metode untuk membuat makanan/minuman favorit Anda tersebut lebih mudah diproduksi dan lebih sehat untuk dikonsumsi.
Teknologi pemrosesan makanan dan minuman yang dilakukan untuk membunuh bakteri selama ini masih mengandalkan metode sterilisasi dan pasteurisasi tradisional yang menggunakan panas. Sayangnya, kebanyakan makanan/minuman yang diproses dengan cara itu biasanya tidak tahan terhadap panas, sehingga berdampak negatif terhadap kualitas makanan yang diproses. Sebagai contoh, ketika susu diolah dengan metode pasteurisasi, susu tersebut dipanaskan dalam waktu yang sangat singkat; meskipun singkat, ternyata pemanasan tersebut masih berpotensi menurunkan kualitasnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, FieldFOOD, sebuah proyek yang diprakarsai oleh EFFoST (singkatan dari The European Federation of Food Science and Technology atau Federasi Ilmu dan Teknologi Pangan Eropa) dan didukung oleh dua belas institusi dari tujuh negara (Spanyol, Jerman, Italia, Belanda, Irlandia, Portugal, dan Denmark) mengembangkan metode PEF (Pulse Electric Field) untuk mematikan bakteri dan mikroba tanpa menggunakan panas.
Proses pasteurisasi makanan/minuman dengan metode PEF dilakukan dengan memberikan denyutan listrik bertegangan tinggi pada makanan/minuman dalam waktu yang sangat singkat, hanya beberapa mikrodetik saja. Denyutan ini akan menghasilkan lubang kecil pada sel-sel makanan atau bakteri, sehingga unsur apapun yang berada dalam makanan/minuman tersebut dapat diakses dari luar.
Manajer EFFoST, Hayley Every, mengatakan: “Panas dapat merusak nutrisi dalam makanan, karena menyebabkan perubahan struktur dan tekstur. Proses tanpa pemanasan seperti PEF dapat mempertahankan nutrisi dan struktur makanan/minuman, serta menjaga agar kualitas produk mendekati kondisi aslinya ketika dipanen. Nutrisi yang terjaga ini membuktikan bahwa produk makanan yang diproses dengan PEF lebih sehat untuk dikonsumsi. Proses pasteurisasi pada suhu rendah membuat makanan sehat dapat dikirimkan ke lokasi yang jaraknya jauh, karena tingkat pembusukannya berkurang."
Metode ini telah diujicoba di laboratorium di Universitas Zaragoza untuk memproduksi red wine (anggur merah) dari buah anggur, dan di sebuah perkebunan apel milik salah satu keluarga di Cair, Irlandia, untuk memproduksi jus apel. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa anggur merah yang dihasilkan oleh PEF memiliki warna yang lebih gelap dan unsur polifenol yang lebih tinggi (polifenol dalam anggur merah dipercaya sebagai antioksidan yang membantu mencegah berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes dan penyakit neurodegeneratif). Sedangkan pada proses pengolahan apel, penggunaan PEF mampu meningkatkan hasil sebanyak tiga sampai empat persen.
Selain unggul dalam mempertahankan kualitas, metode PEF membutuhkan waktu yang lebih singkat dan energi yang lebih hemat dibandingkan dengan metode pasteurisasi tradisional. Menurut Elisa Luengo, seorang peneliti ilmu pengolahan makanan di Universitas Zaragoza, energi yang dibutuhkan untuk mengolah satu kilogram tomat dengan menggunakan PEF lebih sedikit daripada energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu liter air sebesar satu derajat. Penghematan biaya operasional ini diperkirakan cukup signifikan untuk mengimbangi biaya investasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan teknologi ini.
Meskipun memiliki banyak keunggulan dibandingkan metode lama, PEF juga masih memiliki beberapa kekurangan, di antaranya adalah: alat ini hanya efektif untuk mengolah makanan yang mengandung air, dan biaya pembuatannya masih sangat mahal, sehingga pengusaha kecil dan menengah tidak mungkin mampu membelinya. Untuk mengatasi masalah pembiayaan, FieldFOOD berupaya mencari opsi untuk membuat alat portabel yang bisa disewa dan kemudian dapat dikembalikan setelah masa pemrosesan selesai, dengan cara mendemonstrasikan kelayakan PEF untuk dikembangkan dalam skala industri kepada para pemangku kepentingan.
Every menambahkan: “Kami ingin menumbuhkan kesadaran para pemangku kepentingan tentang perkembangan teknologi ini, serta mencoba mengembangkan strategi agar para mitra proyek FieldFOOD dapat memperkenalkan produk ini ke kalangan bisnis.”
---
(dirangkum dari: euronews, Food Processing Technology, CORDIS, EC Research, dan FieldFOOD)