Total: 1138 results found.
Page 31 of 57
Kayu Sengon merpakan salah satu komoditas perdagangan yang sering dimanfaatkan sebagai kayu serbaguna untuk konstruksi ringan atau bahan peti kemas. Mengembangkan proses pembuatan membran ultrafiltrasi selulosa asetat dari pulp kayu sengon mampu memberikan nilai tambah sangat tinggi, karena membran ultrafiltrasi bagi industri masih didomonasi oleh produk impor yang mahal.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Selama bertahun-tahun kita hanya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu cabai kecil yang pedas atau cabai besar tapi kurang pedas. Kini ada pilihan ketiga yang menggabungkan sifat-sifat unggul dari pilihan tersebut. Hadirnya cabai hibrida IPB CH-3, memberikan pilihan varian cabai besar dengan rasa yang pedas.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Hidrogen adalah bahan bakar yang paling bersih, dan hanya menghasilkan air sebagai satu-satunya emisi. Tetapi produksi hidrogen tidak selalu ramah lingkungan, karena metode konvensional yang selama ini ada masih membutuhkan gas alam atau listrik.
Awal bulan Mei 2018 ini, sebuah tim peneliti telah mengembangkan perangkat fotosintesis baru yang mampu memanfaatkan sinar matahari untuk memecah air (baik air tawar maupun air laut), dan menghasilkan hidrogen yang dapat digunakan sebagai sel bahan bakar. Selain lebih stabil, perangkat baru ini memiliki efisiensi tiga kali lipat dibandingkan dengan perangkat serupa yang pernah dibuat sebelumnya. Tim tersebut juga mengkonfigurasi ulang perangkat ciptaannya untuk mengubah karbon dioksida kembali menjadi bahan bakar, sehingga memiliki potensi untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
(Gambar mikroskopis menara galium nitrida dalam perangkat fotosintesis buatan)
Tidak seperti panel surya, yang hanya dapat menyimpan energi ketika menempel pada baterai, perangkat fotosintesis buatan ini menggunakan pecahan air untuk menyimpan energi matahari sebagai bahan bakar hidrogen. Meskipun memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan panel surya, perangkat ini terbuat dari bahan yang sama, seperti silikon dan galium nitrida, yang juga ditemukan pada panel LED. Menara-menara kecil galium nitrida inilah yang menghasilkan medan listrik untuk mengubah foton menjadi muatan bebas, yang memecah air menjadi dua elemen: oksigen dan hidrogen. Dengan desain yang siap untuk diproduksi oleh industri dan dapat beroperasi hanya dengan sinar matahari dan air laut, perangkat ini membuka jalan bagi produksi bahan bakar hidrogen bersih dalam skala besar.
Zetian Mi, seorang profesor teknik elektro dan komputer di University of Michigan yang memimpin penelitian di McGill University, mengatakan: "Jika kita dapat menyimpan energi matahari secara langsung sebagai bahan bakar kimia, seperti apa yang dilakukan alam dengan fotosintesis, kita dapat memecahkan tantangan mendasar dari energi terbarukan." Sedangkan Faqrul Alam Chowdhury, seorang mahasiswa doktoral di bidang teknik elektro dan komputer di McGill University (salah satu anggota tim peneliti), mengatakan bahwa masalah yang ada pada sel surya adalah, mereka tidak dapat menyimpan listrik tanpa baterai, sehingga membutuhkan biaya tinggi dan umur yang terbatas.
(Bentuk lanskap berbukit dari menara galium nitrida yang menghasilkan medan listrik untuk memecah air)
Sebelum ini memang sudah ada perangkat dengan fungsi sejenis yang memiliki tingkat efisiensi sebesar 1 persen. Hanya saja, perangkat tersebut menggunakan bahan yang mahal, tidak efisien, atau tidak stabil, seperti titanium dioksida, yang juga membutuhkan penambahan larutan dengan keasaman tinggi untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi. Padahal, perangkat yang dibuat oleh Zetian Mi dan timnya tanpa menggunakan bahan mahal maupun larutan asam ini mampu mencapai tingkat efisiensi sebesar 3 persen.
"Meskipun efisiensi sebesar 3 persen ini mungkin masih tampak rendah, ketika kita mempertimbangkan waktu 40 tahun yang dihabiskan untuk penelitian tentang proses ini, hasil tersebut benar-benar merupakan sebuah terobosan besar," kata Mi. "Fotosintesis alami, memiliki efisiensi sekitar 0,6 persen, tergantung bagaimana Anda menghitungnya."
Perangkat baru ini telah didokumentasikan dalam penelitian berjudul, "A photochemical diode artificial photosynthesis system for unassisted high efficiency overall pure water splitting", yang diterbitkan oleh jurnal Nature Communications. Selain Mi dan Chowdhury, anggota tim peneliti lainnya adalah Michel Trudeau dari Center of Excellence in Transportation Electrification and Energy Storage, Hydro-Québec, dan Hong Guo dari McGill University.
---
(dirangkum dari: Inhabitat, Futurity, dan Michigan News)
Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Ironinya, sebagian besar produk sawit diekspor dalam bentuk mentah, minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Untuk meningkatkan nilai tambah CPO, diperlukan teknologi untuk diversifikasi produk, diantaranya adalah metil ester atau biodiesel dan surfaktan.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Berbicara tentang mobil kecil yang unik, biasanya mobil semacam ini hanya diproduksi dalam jumlah terbatas, tidak banyak tersedia di pasaran, bahkan banyak pula yang tidak berhasil menjangkau konsumen karena gagal dipasarkan. Namun hal ini tidak berlaku untuk SOLO, sebuah EV (Electric Vehicle = kendaraan listrik atau mobil listrik) berkursi tunggal beroda tiga yang lebih cocok disebut sebagai mobil listrik mewah, tetapi secara teknis terdaftar sebagai sepeda motor.
Dalam waktu tak lebih dari 1,5 tahun sejak Electra Meccanica (sebuah perusahaan yang berbasis di Vancouver, Kanada) pertama kali merilis rancangan final EV berkursi tunggal ini, SOLO telah mendapat sertifikasi untuk dijual di Amerika Serikat, dan sudah dikirim ke pembeli pertamanya di negara tersebut bulan Mei ini.
SOLO memiliki motor AC pada roda belakangnya dengan daya 82 hp (61 kW), torsi 128 ft-lbs (174 Nm), dan kecepatan tertinggi 82 mph (132 km/jam). Dari kecepatan 0-62 mph (100 km/jam) SOLO dapat mencapai kecepatan tertingginya dalam waktu kurang dari delapan detik. Daya baterai lithium-ion sebesar 17,3 kWh yang digunakan mobil ini dapat diisi dalam waktu tiga jam di stasiun pengisian bertegangan 220 V, atau sekitar enam jam jika tegangannya 110 V.
Pengisian ini dapat digunakan untuk menempuh jarak hingga 100 mil (161 km). Rancangan SOLO difokuskan pada kenyamanan ruang sebagaimana mobil mewah konvensional, dan memiliki banyak fitur yang tidak dimiliki oleh sepeda motor, seperti power window, kursi berpenghangat, AC, serta bagasi bervolume 285 liter. Semua kemewahan ini bisa didapatkan dengan harga 19.888 Dollar Kanada atau sekitar 220 juta Rupiah.
(fitur yang dimiliki SOLO: kursi berpenghangat, panel dashboard mewah, dan bagasi luas)
Pengiriman unit SOLO pertama kepada pembeli yang bertempat tinggal di Los Angeles disambut oleh mantan pengemudi IndyCar, Dominic Dobson, yang menjadi perwakilan penjualan SOLO untuk kawasan Washington dan Oregon. "Mengemudikan SOLO mengingatkan saya pada hari-hari ketika saya mengemudikan mobil formula," katanya. "SOLO sangat cepat dan gesit, saya benar-benar menikmatinya. Saya pikir orang-orang yang biasa merasakan kenikmatan berkendara akan menyukai mobil kecil yang fantastis ini!"
Meskipun spesifikasi SOLO dalam beberapa hal terasa lebih rendah bagi mereka yang lebih akrab dengan EV beroda empat; bagi para pengendara sepeda motor, SOLO memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dalam kegunaan dan fitur. Harga SOLO memang tidak murah, tapi sebenarnya kompetitif dibandingkan dengan kendaraan listrik lainnya.
(Corbin Sparrow)
Corbin Sparrow (yang kemudian berubah nama menjadi Meyer NmG) dipasarkan dengan harga dua kali lipat, padahal hanya mampu menjangkau setengah dari jarak yang bisa ditempuh SOLO dengan sekali pengisian baterai. Sepeda motor listrik Zero S ZF7.2 atau ZF13.0 yang memiliki spesifikasi sama dengan SOLO dipasarkan dengan harga antara 11.000 hingga 14.000 Dollar AS (156 hingga 200 juta Rupiah), namun tidak banyak berguna ketika turun hujan atau ketika harus membawa barang belanjaan yang banyak.
(Sondors)
Belum lama ini, Sondors mencoba untuk memperkenalkan EV beroda tiga dengan harga 10.000 Dollar AS (140 juta Rupiah) yang akan diluncurkan tahun depan (2019) melalui mekanisme crowdfunding; tetapi masih terlalu dini untuk memperkirakan apakah mereka akan mampu memproduksinya dengan harga semurah itu, juga apakah EV tersebut bisa dipasarkan sesuai estimasi waktu yang mereka tentukan.
EV berkursi tunggal memang belum tentu cocok dengan gaya hidup pengendara mobil yang berbeda-beda, tetapi dengan banyaknya orang yang bepergian sendirian dengan mobil mereka setiap hari, produk ini bisa menjadi pilihan yang masuk akal bagi penduduk kota besar. Selain itu, bagi calon pembeli yang membutuhkan kendaraan berkursi ganda, Electra Meccanica telah merancang TOFINO, EV roadster 125 mph (200 km/h) yang sudah mulai dikerjakan dan dijadwalkan untuk diluncurkan tahun depan.
(TOFINO, EV roadster berkursi ganda)
Electra Meccanica saat ini berencana untuk mengirimkan sebanyak 75.000 unit SOLO ke pasar AS selama tiga tahun ke depan; dimulai pada pertengahan September 2018 ini. Untuk itu, mereka telah menandatangani perjanjian dengan produsen sepeda motor yang berbasis di China, Zongshen Industrial Group, untuk memproduksi 75.000 unit SOLO pada tahun 2020.
---
(dirangkum dari: New Atlas, Electreek, dan Electra Meccanica)
Eceng gondok (Eichaenia Crassipes) merupakan tanaman multiguna yang banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas, tas, dompet, bahkan pupuk. Kandungan lignin yang tinggi pada tanaman ini memungkinkan pengolahan eceng gondok menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai guna tinggi seperti carbon fiber yang banyak digunakan pada industri penerbangan.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Pendapatan perternak dengan 5 ekor kambing perah bisa mencapai Rp. 4.680.000 per bulannya selama masa laktasi. Padahal permintaan pasar masih sangat tinggi dan rata-rata produksi susu hanyalah setengah dari potensi genetik kambing karena asupan gizinya yang kurang diperhatikan. Hijauan yang umum diberikan hanya mampu menyuplai 4-9% kebutuhan protein dari kebutuhan protein sebesar 18-20%.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Mata adalah kamera tubuh.
Sebagai sebuah organ yang rumit, halus, dan sensitif dari tubuh organisme hidup, mata memiliki banyak bagian fungsional yang bekerja bersama untuk membuat makhluk hidup memiliki penglihatan. Selain penglihatan, mata juga memberikan persepsi kedalaman dan berkontribusi pada keseimbangan.
Fungsi-fungsi ini dimungkinkan oleh beberapa komponen dalam mata. Meskipun berbagai spesies makhluk hidup yang berbeda memiliki banyak komponen mata yang sama, binatang mengembangkan adaptasi tertentu yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Adaptasi inilah yang membuat mata binatang memiliki bentuk dan fungsi yang beragam demi memenuhi kebutuhan mereka untuk mencari mangsa atau menghindari pemangsa.
Lihat deskripsi singkat pada masing-masing gambar, atau klik tautan ini untuk deskripsi lebih detil.
---
(sumber: Live Science)
Aquabat merupakan bentuk pemanfaatan batubara berperingkat rendah untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler. Aquabat terbuat dati campuran batubara halus, air, dan zat aditif yang membentuk suspensi kental homogen.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Indonesia dengan ragam varietas tanamannya memiliki potensi sebagai sumber obat-obatan herbal dunia. Banyak penggunaan tanaman obat yang diwariskan kini menjadi kearifan lokal sebagai petunjuk awal pengembangan obat herbal terstandar. Tabat barito ( Ficus deltoidea) dari Kalimantan adalah salah satu tanaman herbal yang dipercaya memiliki khasiat khusus bagi wanita.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Para peneliti Departemen Pertanian AS (USDA = United States Department of Agriculture) yang berkantor di California dengan bangga mempersembahkan beberapa produk terbarukan dari cangkang dan kulit almond yang terbuang, berupa bio-fuel, bahan aditif untuk plastik biodegradable, dan gula almond yang sehat.
Mereka sedang berusaha mencari cara untuk memanfaatkan miliaran pon limbah organik yang dihasilkan oleh kebun almond California setiap tahunnya. “Untuk setiap pon kacang almond yang dihasilkan, didapatkan dua pon kulit. Kami selalu berusaha mencari cara terbaik untuk memanfaatkannya,” kata Danielle Veenstra, seorang petani dan anggota Dewan Almond California (California Almond Board).
Kulit almond biasanya digunakan sebagai pakan ternak sapi, sedangkan cangkangnya berfungsi sebagai alas tidur mereka. Saat ini sebagian orang menganggap susu almond lebih sehat daripada susu sapi karena jumlah kalori dan lemak jenuhnya lebih rendah. Hal ini membuat petani almond di AS meningkatkan produksinya, yang berarti meningkat pula limbahnya.
Sebaliknya, karena susu sapi berkurang peminatnya, peternak sapi juga berkurang, sehingga kebutuhan kulit almond untuk pakan dan cangkang almond untuk alas tidur sapi otomatis juga menurun. Hilangnya pelanggan utama limbah ini membuat nilai pasar kulit dan cangkang almond menurun, dan memaksa petani dan pengusaha penggilingan almond mencari cara lain untuk menghasilkan uang.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengubah kulit dan cangkang almond menjadi biofuel. Peneliti USDA Bill Orts menjelaskan bahwa bahan tersebut dapat dijadikan bahan bakar untuk pembangkit listrik cadangan. “Sebagai upaya pemanfaatan terakhir dari limbah almond ini, bahan apa saja dapat dimasukkan ke dalam digester untuk menghasilkan gas metana. Limbah dipadatkan, dan diperlakukan sama seperti batu bara,” kata Orts. Selanjutnya, gula yang memberikan aroma manis pada kulit almond dapat diekstrak dan diubah menjadi etanol.
Upaya untuk memproduksi biofuel dari kulit almond adalah gagasan pertama dari Almond Board ketika bekerja sama dengan pusat riset USDA di Berkeley, California. Hanya saja, tingginya biaya untuk membangun pabrik biofuel ditambah profitabilitas yang tidak pasti menghalangi pengembangan lebih lanjut dari upaya ini. Sebaliknya, USDA melihat adanya celah yang lebih menguntungkan untuk memanfaatkan kulit dan cangkang almond.
Sebelumnya, para peneliti USDA juga bekerja sama dengan pembuat alat makan Worldcentric untuk membuat sendok dan garpu biodegradable. Mereka menciptakan bahan aditif alami yang membuat alat makan plastik cukup kuat bertahan dalam air panas. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, para peneliti menggunakan kulit almond sebagai bahan aditif alami dalam bentuk bubuk.
Ketika ditambahkan ke plastik daur ulang atau bio-plastik, serbuk itu meningkatkan stabilitas kekuatan dan ketahanan panasnya. “Banyak pabrikan plastik ingin menggunakan plastik daur ulang dari barang bekas, tetapi biasanya bahan tersebut mengalami penurunan kualitas. Biasanya plastik yang dihasilkan tidak memiliki kekakuan atau stabilitas panas yang mereka inginkan,” kata Ort.
Selanjutnya, bubuk berbahan dasar almond tersebut mengubah plastik daur ulang yang berwarna keabu-abuan menjadi berwarna hitam. Bahan aditif tersebut memiliki potensi untuk menggantikan warna hitam dari ban hitam berbasis minyak bumi.
Ort dan rekan-rekannya juga berusaha memanfaatkan gula yang terkandung di kulit almond. Mereka menemukan cara untuk mengekstraknya untuk digunakan dalam minuman cider, bir, teh, dan minuman lainnya.
Tim USDA berupaya serius untuk mengurangi rasa pahit dari kulit almond. Sampel gula almond dikirim ke produsen bir besar, dan umpan balik dari mereka digunakan sebagai panduan untuk melakukan penyesuaian terhadap produk gula tersebut.
Selain itu, gula almond dapat menjadi alternatif yang sehat untuk menggantikan sirup jagung. Tidak hanya dikonsumsi manusia, gula almond diharapkan juga akan dapat dikonsumsi oleh lebah madu.
Di AS, selama musim dingin, lebah madu diberi sirup jagung. Menurut Orts, serangga tersebut membenci makanan darurat mereka karena tidak sehat. Orts dan rekan-rekannya berharap bahwa para lebah akan bersedia mengkonsumsi gula almond sebagai gantinya.
Setelah diambil gulanya, kulit almond ternyata masih memiliki manfaat lain. Para peneliti sedang menguji kelayakannya menjadi media tanam jamur sebagai alternatif pengganti lumut gambut yang harus diimpor. The Almond Board juga menggunakan kulit dan cangkang almond sebagai pupuk alami yang sekaligus berfungsi sebagai pengusir serangga.
---
(sumber: Food Science & Fast Company | sumber gambar lain: pixabay)
Flu burung atau avian influenza(AI) adalah salah satu jenis penyakit yang mematikan dan disebabkan oleh virus yang menyerang baik unggas maupun manusia. Belum tersedianya vaksin maupun obat yang tepat untuk mencegah dan mengobati penyakit infeksi AI membuat upaya penanggulangannya sulit.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Buah nangka mini dan buah cempedak merupakan 2 jenis spesies tanaman buah yang berbeda namun sama-sama berasal dari Famili Moraceae.Persilangan kedua spesies ini menghasilkan satu jenis tanaman buah baru yaitu nangkadak. Nangkadak mewarisi sifat-sifat unggul keduanya seperti kulit yang mudah dikupas seperti cempedak dan daging buah kenyal bercita rasa manis seperti nangka mini.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Pelepah pisang adalah limbah perkebunan pisang yang selama ini masih terpinggirkan, pelepah pisang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai material unggulan yang mudah diperbaharui, tersedia berlimpah, dan memiliki nilai estetika tersendiri.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Siklodekstrin adalah jenis pati termodifikasi yang banyak digunakan sebagai bahan penstabil, pembuat kapsul dan pelindung dari reaksi (oksidasi, cahaya, panas, evaporasi) pada industri pangan dan non-pangan. Sayangnya kita saat ini masih tergantung dari sumber impor, padahal bahan baku tersedia melimpah dalam negeri.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Anak Indonesia punya lagu ini puluhan tahun lalu. Orang Jepang menjawabnya tahun lalu dengan sebuah inovasi: pisang yang bisa dimakan beserta kulitnya, sehingga tidak akan membuat adik terpeleset dan menangis mengerang-erang.
Para ilmuwan di D & T Farm di Prefektur Okayama di Jepang merilis berita tersebut setelah berbulan-bulan bereksperimen dengan metode pembekuan dan pencairan. Metode ini merupakan buah karya Setsuzo Tanaka (68 tahun) yang mengerjakan proyek ini sebagai hobi selama 40 tahun.
Tanaka meniru pertumbuhan tanaman selama zaman es atau selama musim dingin panjang lainnya. Sel pertumbuhan pisang didinginkan secara perlahan-lahan hingga mencapai suhu -60° C, kemudian dipanaskan secara dramatis hingga 26° C. Suhu yang dingin memperlambat metabolisme tanaman; sedangkan semburan sinar matahari dan panas yang tiba-tiba mendukung terjadinya pertumbuhan secara dramatis.
Buah pisang — yang menyimpan benih — menjadi matang terlebih dahulu dibandingkan kulitnya, sehingga menghasilkan buah pisang dengan kulit yang lembut dan tipis yang belum sepenuhnya berkembang.
Motivasi Tanaka untuk mengembangkan pisang ini adalah karena dia ingin makan pisang yang lezat dan aman: dan orang dapat memakan kulitnya karena dibudidayakan secara organik tanpa bahan kimia.
Hasilnya adalah buah yang dikenal sebagai Pisang Mongee, yang bisa diartikan sebagai 'pisang yang luar biasa' dan mulai dijual tahun lalu di Okayama, sebuah kota di antara Kyoto dan Hiroshima. Pembeli pisang Mongee diminta untuk menunggu hingga muncul bintik-bintik coklat di kulitnya sebagai tanda bahwa pisang siap untuk dimakan, tentu saja dengan kulitnya.
SoraNews24, situs web Jepang yang pernah mencicipinya melaporkan bahwa kulit pisang Mongee relatif lebih tipis dibandingkan dengan kulit pisang biasa sehingga cukup mudah untuk dimakan. "Karena sangat tipis, tidak ada tekstur yang aneh, dan dibandingkan dengan rasa manis buahnya, kulitnya relatif tidak ada rasanya," demikian menurut situs tersebut. Para pengulas mengatakan bahwa daging buah pisang Mongee memiliki rasa tropis yang kuat dan hampir seperti rasa buah nanas.
D & T mengklaim bahwa kulit pisang Mongee merupakan sumber vitamin B6, magnesium, dan triptofan (triptofan merupakan asam amino penting pembentuk serotonin yang berfungsi menstabilkan mood serta menurunkan tingkat depresi dan kecemasan). Selain itu, kulit pisang Mongee juga kaya akan kalium, seng, polifenol, serta beberapa vitamin yang larut dalam air.
Untuk saat ini, pisang Mongee baru bisa diproduksi oleh D & T di Okayama dengan jumlah yang sangat terbatas, yakni 10 batch pisang per minggu, dan hanya dijual di sebuah kios lokal bernama Tenmanya Okayama. Harganya pun masih sangat mahal, 648 Yen per buahnya atau sekitar 82.000 rupiah (bandingkan dengan harga pisang di Jepang yang berkisar antara 158 hingga 399 Yen setiap sisirnya, pada foto di bawah ini)
Juru bicara D & T memberikan pernyataan bahwa mereka berencana meningkatkan produksinya hingga 10 kali lipat tahun ini, dan sedang mempertimbangkan untuk mengekspornya ke luar negeri. Sementara Tanaka sendiri mengatakan bahwa perusahaannya telah memposting panggilan rekrutmen untuk petani pisang di situs webnya, "Saya ingin menjual pisang tanpa bahan kimia ini di seluruh dunia.” katanya.
---
(dirangkum dari: National Geographic, Food Processing Technology, The Guardian, SoraNews24, ABC News, Mashable, The Telegraph, Fox News, dan Quartz)
Gelatin adalah bahan yang umum digunakan sebagai penstabil, pengemulsi, maupun perekat di industri. Kebutuhan gelatin Indonesia saat ini dipenuhi produk impor yang tidak terjamin kehalalannya. Padahal di Indonesia, potensi bahan baku halal cukup besar, berupa kulit sisa dari industri penyamakan, indutri fillet ikan, atau dari tulang.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Pengawetan makanan dibutuhkan oleh industri makanan, dan menjadi masalah ketika bahan baku pengawet berasal dari bahan kimia yang berbahaya bagi manusia. Sekam padi diketahui mengandung fenol cukup tinggi dan bisa digunakan sebagai antimikroba dan antioksidan.
KLIK di sini untuk melihat detilnya di BIC - Inovasi Indonesia Database
Jika Anda pernah menonton adegan perang di film fantasi atau film yang mengambil suasana abad pertengahan, pasti Anda tidak asing dengan sebuah perangkat yang digunakan untuk melindungi para ksatria dalam peperangan, yaitu perisai. Benda datar sedikit melengkung yang terbuat dari lempengan logam yang berat ini adalah peranti wajib untuk menahan serangan panah, tombak dan pedang di jaman dahulu, dan sebenarnya tetap dibutuhkan di jaman sekarang untuk menahan peluru.
Namun perisai seperti ini sungguh tidak praktis untuk digunakan di jaman modern; selain karena terlalu berat, juga karena bentuknya membuat pemakainya tidak bisa bergerak dengan leluasa.
Di sisi lain, jika Anda pernah mendengar atau bahkan membuat kerajinan lipatan kertas yang berasal dari Jepang bernama origami, mestinya yang ada dalam pikiran Anda adalah benda kecil, tipis dan ringan, dan tidak pernah dirancang untuk menahan terjangan peluru.
Dua orang ahli dari Compliant Mechanisms Research Lab, Brigham Young University, yakni Dr. Larry Howell (profesor Teknik Mesin BYU) dan Terri Bateman (asisten profesor Teknik BYU), belum lama ini mengembangkan desain perisai balistik baru yang terinspirasi dari lipatan kertas origami yang ringan, untuk melindungi aparat penegak hukum dalam bertugas.
Howell dan Bateman dengan dibantu oleh timnya yang terdiri dari mahasiswa BYU, memulai proyeknya dengan mendengarkan pendapat beberapa petugas keamanan, polisi, dan aparat penegak hukum lainnya tentang berbagai jenis perisai yang digunakan saat ini. "Masalah yang mereka hadapi adalah: perisai tersebut berat, sulit digunakan, dan bentuknya datar, sehingga hanya menutupi bagian depan. Mereka juga mengatakan bahwa perisai sebaiknya memiliki lengkungan yang melingkupi tubuh," demikian diungkapkan oleh Terri Bateman.
Sebelum berkutat dengan ciptaannya ini, Howell sebenarnya telah melakukan riset tentang origami sebagai bagian dari penelitiannya tentang "mekanisme compliant," atau material yang dapat dilipat atau dibengkokkan, selama lima tahun. "Kami memperhatikan seni origami kuno ini, dan menemukan bahwa para seniman Jepang selama berabad-abad telah menemukan berbagai cara untuk membuat sesuatu yang tidak akan kami temukan dengan menggunakan pendekatan teknik tradisional. Pemanfaatan teknik origami ini memiliki beberapa keuntungan yang jelas: presisi yang lebih bagus, biaya yang lebih murah, dan bobot yang lebih ringan," kata Howell.
Setelah melakukan pemodelan dan bereksperimen dengan beberapa pola lipat yang berbeda, tim ini memutuskan untuk menggunakan pola lipatan origami Yoshimura. Pola ini dipilih karena mampu membuat bahan datar seperti kertas membentuk struktur melengkung, yang memungkinkan perisai berdiri tegak sekaligus melindungi pemakainya dari depan maupun samping.
Dengan pola Yoshimura ini, perisai ciptaan mereka dapat dirakit hanya dalam waktu lima detik dan dilipat kembali ketika tidak dipakai, sehingga lebih mudah diangkut dan digunakan. Jauh berbeda dengan perisai abad pertengahan yang beratnya bisa mencapai 45 kilogram dan hanya bisa dipakai untuk melindungi satu orang saja, perisai lipat ini beratnya hanya 25 kilogram dan mampu melindungi dua hingga tiga orang sekaligus.
Bahan utama perisai ini adalah Kevlar anti peluru sebanyak 12 lapis, dengan rangka aluminium di tengahnya. Kevlar® sendiri adalah serat sintetis berkekuatan tinggi yang dikembangkan oleh DuPont pada tahun 1965. Serat ini memiliki daya tahan tinggi dan tahan terhadap panas ketika digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari peralatan pengaman dalam berolahraga, konstruksi bangunan (salah satunya: dinding anti peluru), perahu kano, hingga rompi anti peluru.
Namun, karena Kevlar rawan terhadap gesekan, mudah terurai seratnya, serta sensitif terhadap sinar matahari dan air, tim Howell-Bateman berusaha semaksimal mungkin untuk memperkuat bahan tersebut agar lebih tahan terhadap kondisi lingkungan.
Setelah pemodelan selesai, tim melakukan pengujian. Para petugas keamanan diminta untuk menembak perisai dengan 24 peluru dari pistol Magnum 9 mm, 357, dan .44, dan secara khusus membidik lipatan dan engsel perisai dengan tujuan untuk menjatuhkannya. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Salah satu pistol yang paling kuat sekalipun, Magnum .44, tak mampu menembus perisai tersebut karena lapisan Kevlar-nya menyerap kekuatan peluru.
Howell menyadari bahwa kemampuan perisai ciptaannya ini masih sebatas menahan peluru yang ditembakkan oleh pistol, dan belum mampu menahan tembakan senapan militer yang menggunakan peluru yang lebih kecil dan lebih tajam. Howell juga berkeinginan untuk meningkatkan ketahanan perisainya terhadap senjata semacam itu, meskipun akan berimplikasi pada bobot yang lebih berat dan biaya produksi yang lebih tinggi.
Meskipun perisai canggih ini masih berada pada tahap prototipe, tim Howell dan Bateman terus bekerja sama dengan lembaga penegak hukum dan telah mengujinya secara riil di lapangan; dan sejauh ini mereka memberikan tanggapan positif. Tim ini percaya bahwa perisai temuan mereka bisa digunakan untuk kebutuhan yang lebih luas, seperti untuk menjaga keselamatan di sekolah (mengingat bahwa di AS pernah terjadi kasus penembakan di sekolah) atau memberikan perlindungan dalam keadaan darurat.
Howell juga telah mengajukan paten dan secara aktif mencari mitra komersial, yang akan memungkinkan dia mengembangkan dan memperbaiki prototipenya, sehingga dapat diproduksi dengan mudah.
---
(dirangkum dari: Brigham Young University, The Daily Universe, Designboom, Co.Design, New Atlas, The Verge, Digital Trends, dan Materia | sumber gambar lain: International Crane Foundation dan pixabay)