Teknologi Drone Terbaru untuk Suplai Logistik Marinir AS

Teknologi Drone Terbaru untuk Suplai Logistik Marinir AS

Drone atau pesawat tak berawak telah menjadi bagian dari peralatan perang modern, tapi bagaimana dengan pesawat otonom tak berawak berukuran penuh?

Korps Marinir Amerika Serikat (US Marine Corps) menunjukkan langkah progresifnya dalam pemanfaatan drone di medan perang, ketika seorang pejabat Office of Naval Research (ONR) mengumumkan bahwa sebuah pesawat Autonomous Aerial Cargo Utility System (AACUS) telah berhasil melakukan demo finalnya pada hari Rabu 13 Desember 2017 di Pangkalan Marinir AS, Quantico, Virginia. AACUS sendiri dihasilkan melalui kemitraan antara ONR dan Aurora Flight Sciences, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan teknologi dan manufaktur pesawat tak berawak.

AACUS akan menjadi andalan Korps Marinir untuk memasok peralatan di garis depan dengan cepat, menggunakan teknologi mutakhir yang disponsori oleh ONR. Sistem ini terdiri dari paket sensor dan perangkat lunak yang dapat diintegrasikan dengan pesawat sayap putar (rotary-wing aircraft), baik yang berawak maupun tidak. Sensor dan perangkat lunak ini berguna untuk mendeteksi dan menghindari rintangan (seperti kabel telepon, pesawat udara lain atau benda berukuran besar yang berada di darat) dalam kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, atau untuk memudahkan operasi pesawat tak berawak. Kemampuan ini akan menjadi alternatif untuk menghadapi serangan berbahaya atau menghadang misi pesawat berawak di segala cuaca.

"AACUS lebih dari sekedar helikopter tak berawak," kata Dr. Walter Jones, direktur eksekutif ONR. "AACUS adalah satu perangkat lepas yang dapat ditempatkan pada platform pesawat sayap putar manapun dan membuatnya memiliki kemampuan otonom. Ketika sebuah unit pasukan Marinir yang ditempatkan di lokasi terpencil atau di daerah yang sulit membutuhkan amunisi, air, baterai atau bahkan darah, AACUS akan membantu mengambil suplai dari pangkalan terdekat, menentukan rute yang paling optimal dan lokasi pendaratan terbaik yang paling dekat dengan medan pertempuran, melakukan pendaratan, kemudian kembali ke pangkalan setelah tugasnya selesai. Semuanya cukup dilakukan dengan satu sentuhan pada komputer tablet"

Kebutuhan akan pesawat tak berawak ini muncul ketika Korps Marinir melakukan operasi militer di Afghanistan dan Irak. Helikopter kargo dan konvoi truk yang mengangkut bahan bakar, makanan, air, amunisi dan obat-obatan ke garis depan seringkali harus bertempur dengan musuh atau menjadi sasaran bom yang diletakkan di tepi jalan ataupun bahan peledak rakitan lainnya.

AACUS dirancang untuk dapat digunakan dengan mudah. Operator dengan sedikit pelatihan dapat meminta kiriman suplai logistik yang dibutuhkan dan mengirimkannya dengan pesawat terbang menggunakan komputer tablet. Dalam uji coba yang dilakukan pada 13 Desember di Quantico, seorang Marinir yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya dalam hal teknologi diminta untuk mengoperasikan sebuah perangkat genggam dan diberi pelatihan selama 15 menit.

Ternyata sang marinir mampu dengan mudah dan cepat menentukan suplai yang dibutuhkan dan lokasi pendaratan. Selanjutnya helikopter-helikopter berdatangan dengan segera, dan secara mandiri memilih lokasi pendaratan alternatif berdasarkan informasi zona larangan terbang yang ditambahkan oleh sang marinir.

AACUS merupakan sebuah lompatan teknologi bagi Korps Marinir dan Angkatan Laut AS, jauh melebihi standar penerbangan tak berawak saat ini, yang masih memerlukan operator khusus untuk memilih lokasi pendaratan dan mengendalikannya secara manual melalui remote control.

"AACUS dapat digunakan sebagai alat bantu bagi pilot untuk mengoperasikan pesawat dalam area yang tidak tertembus oleh GPS dan alat komunikasi lainnya, serta mampu melakukan penerbangan yang sepenuhnya otonom di lingkungan musuh, sehingga pilot dan awak pesawat terhindar dari bahaya", demikian dikatakan oleh Dennis Baker, manajer program AACUS.

Sementara itu, Letnan Jenderal Robert Walsh, komandan umum Komando Pembangunan Tempur Korps Marinir (Marine Corps Combat Development Command) mengatakan: "Kami telah mengembangkan kemampuan hebat ini. Para marinir muda saat ini tumbuh dalam masyarakat yang melek teknologi, sehingga kami harus terus mendorong dan mengembangkan teknologi ini ke depan."

---

(dirangkum dari: engadget, EurekAlert!, ONR, & Military.com)

Comments (0)

There are no comments posted here yet

Leave your comments

Posting comment as a guest.
Attachments (0 / 3)
Share Your Location