Kecelakaan transportasi masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar pengguna kendaraan; padahal, salah satu penyebabnya bukanlah lemahnya perawatan infrastruktur atau meningkatnya jumlah kendaraan, tetapi kesalahan manusia itu sendiri. Data dari WHO pada tahun 2007 menyatakan bahwa 70% kecelakaan transportasi disebabkan oleh Human Error atau kesalahan si pengendara sendiri.
Human error atau kecerobohan manusia yang dapat menyebabkan kecelakaan di antaranya adalah: mengantuk, stress, melamun, mabuk dibawah pengaruh alkohol atau narkoba, kelainan mental, kurang konsentrasi, dan kelelahan. Untuk itu perlu ada inovasi yang bisa menjawab sumber masalah terbesar yang menyebabkan kerugian lebih dari 520 Milyar Dollar Amerika tiap tahun ini.
Sekelompok inovator dari Telkom University bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) menciptakan alat yang bisa mencegah terjadinya human error saat berkendara. Alat tersebut adalah Brainstat, sebuah system yang berfungsi untuk memantau kondisi seorang pengemudi melalui pembacaan gelombang otak. Alat ini dapat memantau kondisi fisik, tingkat konsentrasi, kelelahan, mata yang mengantuk, bahkan stress dan kelainan mental dari penggunanya. Tidak hanya itu, Brainstat akan memberikan early warning atau peringatan dini kepada pengendara apabila kondisi pengendara sudah berada di bawah batas aman dan tidak fokus dalam berkendara.
Bagaimana Brainstat bekerja membantu meningkatkan keamanan berkendara? Terdapat sebuah alat mini yang dipasangkan pada kepala pengendara yang bernama EEG (Electro Encephalograph) yang berfungsi membaca gelombang otak dan meneruskan informasi yang didapat kepada software untuk diolah makna dan artinya berdasarkan algoritma fuzzy logic. Hasil pembacaan akan dipetakan oleh sebuah alat bernama cloud mapping yang akan menyimpulkan kondisi pengguna. Jika hasil pemetaan menunjukkan anomali, maka brainstat akan memberi pesan dan notifikasi kepada pengendara dan penumpang untuk ditindaklanjuti.
Sebagai system pendeteksi human error, Brainstat memiliki akurasi mendekati 80%. Angka yang cukup tinggi untuk menunjukkan kondisi fisik seseorang. Alat pencegah kecelakaan lain yang menggunakan kamera terbukti kurang akurat karena pemetaan hanya dilakukan pada wajah. Aplikasi Brainstat diperkirakan tidak terbatas hanya pada kendaraan pribadi, tapi juga transportasi umum seperti bus, taksi, bahkan pesawat. Alhasil, inovasi ini berpotensi menyelamatkan jutaan nyawa manusia dan memangkas kerugian yang timbul akibat kecelakaan transportasi.
Sumber : 109 Inovasi Indonesia – 2017. “Cegah Kecelakaan Transportasi Dengan Pemantauan Human Error Dengan Menggunakan Brainstat”. Dody Qory Utama, Tauhid Nur Azhar.
Comments (0)