Fakta Ilmiah di Balik Gurihnya Mie Instan

Fakta Ilmiah di Balik Gurihnya Mie Instan

Mie instan, yang sangat populer di Indonesia, merupakan makanan yang enak, murah, dan mudah dimasak. Kombinasi ini membuat mie instan menjadi solusi sempurna untuk mahasiswa yang memiliki jadwal padat dan dompet yang mulai menipis. Mari kita luangkan waktu sejenak untuk melihat apa saja yang membuat mie instan layak untuk dinikmati, dan mari kita nikmati penjelasan sains di balik kelezatan sajian ini.

Mie instan benar-benar merupakan keajaiban teknologi - mereka bisa bertahan hingga 12 bulan di atas rak, dan bumbu yang terdapat dalam bungkusan kecil di dalam kemasannya membuat mie instan terasa begitu enak. Berterimakasihlah pada kemajuan ilmu pengetahuan yang memungkinkan ini semua terjadi. Masa simpan mie instan berkisar antara 4 sampai 12 bulan, tergantung pada faktor lingkungan. Bagaimana menemukan bahan yang stabil dalam waktu sepanjang itu, terutama lemak dan minyak yang rentan terhadap oksidasi, merupakan tantangan tersendiri dalam bisnis makanan.

Antioksidan seperti tertiary-butyl hydroquinone (TBHQ) dapat memperpanjang masa simpan mie instan dengan mencegah terjadinya oksidasi pada komponen lemak dan minyak. Hal ini terjadi dengan cara menambahkan elektron untuk menetralkan radikal bebas, yang mampu mengatasi ketidakstabilan radikal bebas tersebut. Tekstur mie instan diawetkan dengan propilen glikol yang ada pada bahan campuran mie, yang membantu mie mempertahankan kelembaban dan mencegahnya menjadi kering.

Monosodium L-glutamat (MSG) adalah zat aditif yang digunakan untuk membuat rasa mie instan menjadi begitu sedap. Molekul ini menambahkan rasa gurih pada makanan, yang biasa disebut 'umami', yakni rasa kelima setelah asin, manis, asam, dan pahit. Penelitian terbaru menemukan adanya reseptor L-glutamat (Glu) dan molekul transduksi di mukosa usus dan di rongga mulut (REF). Infusi MSG ke dalam lambung mengaktifkan beberapa area otak, seperti korteks insular yang terkait dengan regulasi homeostasis, sistem limbik yang dikaitkan dengan indera penciuman, dan hipotalamus yang terkait dengan proses metabolisme dan pengendalian rasa lapar. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian MSG melalui jalur gustatory (indera pencecap, dalam hal ini: lidah) dan visceral (sensor rasa di otak) memainkan peranan penting dalam mempengaruhi sistem pencernaan, penyerapan, dan metabolisme.

Kandungan gizi vs asupan harian yang disarankan untuk berbagai komponen mie instan (sumber gambar: Panisa Sundravorakul)

Meskipun mie instan terasa enak, lezat, dan menghemat uang serta waktu, makanan ini tidak mengandung nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi harian tubuh. Mie instan memiliki kandungan sodium, karbohidrat dan lemak yang relatif tinggi, namun rendah dalam protein, serat, vitamin, dan mineral. Gambar di atas menunjukkan perbandingan antara asupan gizi harian yang direkomendasikan oleh National Institute of Health dengan kandungan gizi dalam satu bungkus mie instan. Mie instan mengandung terlalu banyak asupan natrium, dan kurang dalam asupan serat, vitamin A dan C, kalsium, serta zat besi yang dibutuhkan manusia setiap harinya.

Tidak ada keraguan bahwa mie instan adalah inovasi dalam ilmu kuliner yang sangat populer. Dilihat dari segi kesehatan, mie instan tentu aman untuk dikonsumsi, tapi jika Anda berpikir untuk mengonsumsinya secara teratur, coba pikirkan kembali manfaat apa yang bisa Anda dapatkan jika Anda memilih untuk mengonsumsi makanan lain yang lebih kaya nutrisi.

---

(sumber: Discover | sumber gambar: Discover & Pixabay)

Comments (0)

There are no comments posted here yet

Leave your comments

Posting comment as a guest.
Attachments (0 / 3)
Share Your Location